Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 Mei 2019

Dracula, Sejarah Sesungguhnya yang Ingin Disembunyikan

Dracula, Sejarah Sesungguhnya yang Ingin Disembunyikan

View Article

Kisah hidup Dracula merupakan salah satu contoh bentuk manipulasi sejarah yang begitu nyata yang dilakukan Barat. Kalau film Rambo merupakan suatu fiksi yang kemudian dihasilkan  seolah-olah menjadi tokoh yang nyata oleh Barat, tetapi Dracula merupakan keterbalikannya, tokoh fakta dijadikan fiksi.

Diawali dari novel  karya Bram Stoker yang berjudul Dracula, kemudian tokoh ini mulai difilmkan seperti Dracula’s Daughter (1936), Son of Dracula (1943), Hoor of of Dracula (1958), Nosferatu (1922) yang dibuat ulang pada tahun 1979 dan film-film dracula yang lain yang dikemas dalam bentuk yang lebih moden seperti Twilight.

Dalam buku berjudul “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna, kisah Dracula sebenarnya merupakan pembesar Wallachia , berketurunan Vlad Dracul.

Dalam uraian Hyphatia tersebut, kisah Dracula tidak boleh diceritakan  paska Perang Salib. Dracula dilahirkan ketika peperangan antara Kerajaan Turki Ustmaniyah sebagai wakil Islam, dan Kerajaan Hungary sebagai wakil Kristen.

Keduanya tersebut berusaha menguasai dan merebutkan wilayah-wilayah baik  Eropa maupun di Asia . Puncak  peperangan ini adalah jatuhnya Konstantinopel, yaitu ketika benteng Kristian ada di  tangan kekuasaan khilafah Ustmaniyah.

Dalam peristiwa Perang Salib,  Dracula merupakan salah seorang panglima tentera Salib. Dalam perang inilah Dracula banyak melakukan pembunuhan terhadap umat Islam. Hyphatia memaparkan jumlah korban kekejaman Dracula mencapai 300.000 jiwa umat Islam. Korban-korban tersebut dibunuh dengan berbagai cara yang  sangat biadab dan kejam, yaitu dibakar hidup-hidup, dipaku kepalanya, dan yang paling kejam adalah disula.

Penyulaan merupakan cara penyiksaan yang amat kejam, yaitu seseorang itu ditusuk dubur dengan kayu sebesar lengan tangan orang dewasa yang ujungnya ditajamkan. Korban yang telah ditusuk kemudian dimasukan sehingga kayu sula tersebut menembus hingga perut, kerongkongan hingga menembus kepala melalui mulut.

Hyphatia mengatakan dalam bukunya :

Ketika matahari mulai meninggi Dracula memerintahkan penyulaan segera dimulakan. Para prajurit melakukan perintah tersebut  seolah seperti robot yang telah dipogram. Penyulaan disulami dengan teriakan kesakitan dan jeritan penderitaan yang segera memenuhi segala penjuru tempat itu. Mereka, umat Islam pada saat itu sedang dijemput ajal dengan cara yang begitu mengerikan. Mereka tak sempat lagi mengingat kenangan indah dan manis yang pernah mereka alami.”

Tidak hanya orang dewasa saja yang menjadi korban kekejaman penyulaan, tapi juga bayi. Hyphatia memberikan pemaparan tetang penyulaan terhadap bayi sebagai berikut:

Bayi-bayi yang disula tak sempat menangis  kerana mereka   kesakitan yang amat apabila hujung kayu menembus perut kecilnya. Tubuh-tubuh korban itu meregang di kayu sula untuk menjemput ajalnya.

Kekejaman seperti yang telah dipaparkan di atas itulah yang selama ini disembunyikan oleh Barat. Menurut Hyphatia hal ini terjadi kerana dua sebab. Pertama, pembunuhan beramai – ramai yang dilakukan Dracula terhadap umat Islam tidak boleh dihapuskan dari Perang Salib.

Negara – negara Barat yang pada masa Perang Salib menjadi tunggak utama tentera Salib, tidak mau tercoreng wajahnya. Mereka termasuk yang mengutuk dan menentang pembunuhan beramai – ramai oleh Hilter dan Pol Pot, tidak ingin membuka aib mereka sendiri. Dan ini sudah menjadi tabiat Barat yang selalu ingin tampil seperti pahlawan.

Kedua, Dracula merupakan pahlawan bagi pasukan Salib. Walau bagaimana pun kejamnya Dracula, nama baiknya akan selalu dilindungi. Sehingga di Rumania saat ini, Dracula masih dianggap pahlawan. Sebagaimana sebahagian besar sejarah pahlawan – pahlawan pasti akan diambil sebagai superhero dan dibuang segala kejelekan, kejahatan dan kelemahannya.

Untuk menutup kekejaman mereka, Barat terus-menerus menyembunyikan siapa sebenarnya Dracula.  Mereka berusaha agar sejarah  jati diri  Dracula yang sebenarnya tidak terkuak. Dan, harus diakui bahwa usaha Barat untuk mengubah sejarah Dracula dari fakta menjadi fiksi ini cukup berhasil.

Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat, khususnya umat Islam sendiri yang tidak mengetahui tentang siapa sebenarnya Dracula.  Masyarakat umum hanya mengetahui bahwa Dracula adalah merupakan lagenda vampire yang kehausan darah, tanpa mengetahui kisah sebenarnya.

Selain membongkar kebohongan yang dilakukan oleh Barat, dalam bukunya Hyphatia juga mengupas makna salib dalam kisah Dracula. Seperti yang telah diketahui umum  bahawa penggambaran Dracula yang telah menjadi fiksi tidak boleh dilepaskan dari dua benda, yaitu bawang putih dan salib.

Konon hanya dengan kedua benda tersebut Dracula akan takut dan  dikalahkan. Menurut Hyphatia penggunaan simbol salib merupakan cara Barat untuk menghapus jejak sejarah pahlawan mujahid-mujahid Islam dalam perang salib,  sekaligus untuk menunjukkan kehebatan mereka.

Sultan Mahmud II (di Barat dikenal sebagai Sultan Mehmed II) dan juga dikenali sebagai Al- Fateh dalam sejarah Islam.  Sultan ini merupakan penakluk Konstantinopel yang sekaligus penakluk Dracula, ia adalah seorang yang telah mengalahkan dan memenggal kepala Dracula di tepi Danua Snagov. Namun barat berusaha memutarbalikkan fakta ini.

Mereka berusaha menciptakan cerita sejarah agar merekalah yang terlihat mengalahkan Dracula. Maka diciptakan sebuah fiksi bahwa Dracula hanya boleh dikalahkan oleh salib. Tujuannya adalah ingin menghilangkan peranan Sultan Mahmud II sekaligus untuk menunjukkan bahwa merekalah yang paling hebat, yang bisa mengalahkan Dracula si Haus Darah.


Selengkapnya:
1. https://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/tahukah-anda-siapa-itu-dracula-sang-pembantai.htm
2. http://felixsiauw.com/home/dracula-untold-upaya-stigmatisasi-negatif-islam
Genesis Of Kaum IQ 200 Sekolam

Genesis Of Kaum IQ 200 Sekolam

View Article

Batavia di penghujung abad ke-19. Pemerintah Kompeni Belanda yang berpusat di Weltevreden, sekarang sekitar wilayah Monas dan Lapangan Banteng, mendatangkan Schout Van Hinne, seorang perwira polisi khusus, untuk memberangus gerakan tujuh pendekar-ulama Jayakarta bernama Pituan Pitulung alias Pitung. Sejak dibaiat di Pesantren Kiapang Kebon Pala, Tenabang, oleh Kiai Haji Naipin di tahun 1880, ketujuh pendekar-ulama Betawi itu malang-melintang menolong rakyat pribumi dari kekejaman Belanda dan tuan tanah Cina tanpa bisa dihalangi. Penjajah Belanda kewalahan.

Schout Van Hinne punya strategi. Selain mengerahkan pasukan marsose yang terdiri dari orang-orang pribumi pengkhianat yang dibayar untuk bekerja demi kepentingan penjajah, dan juga mengerahkan polisi reguler dan juga para tukang pukul Tuan Tanah Cina, yang biaya operasinya banyak yang berasal dari setoran para tuan tanah Cina di Batavia, Van Hinne juga menggunakan perang yang tidak konvensional yaitu memproduksi berita-berita penuh fitnah terhadap Pitung yang dimuat dua koran terkemuka Batavia yakni Hindia Ollanda dan Locomotif. Sosok Pitung yang merupakan para pendekar-ulama yang sangat tawadhu, zuhud, namun memiliki ilmu yang tinggi dalam ilmu agama maupun dunia, termasuk ilmu maen pukul, dicitrakan sebagai perampok, pemerkosa, dan penjahat kriminal.

Upaya Van Hinne untuk mencitrakan Pitung sebagai gerakan kriminal menuai hasil. Warga Batavia dan Jayakarta pun pandangannya pecah, ada yang percaya dan termakan tipu daya Van Hinne, namun ada pula yang tidak tertipu propaganda murahan itu. Jika dilihat latar belakang masing-masing kelompok, maka ada faktor-faktor yang menyebabkan mereka seperti itu.

Pertama, Kelompok Yang Termakan Propaganda Penjajah. Mereka adalah warga pribumi dan keturunan yang menurut terminologi Cliffort Geerzt sebagai “Abangan”, yakni orang-orang yang jauh dari masjid dan hidupnya disibukkan dengan dunia saja. Bisa jadi mereka secara resmi beragama Islam, namun jauh dari Masjid dan Al-Qur’an. Mereka bergaul dengan sesama mereka, setiap hari sibuk membaca berita dari koran-koran resmi Batavia, media massa mainstream yang didukung rezim penguasa, yang sebenarnya berisi racun dan penuh dengan tipu daya serta proganada busuk. Media-media massa yang didukung penguasa ini sepenuhnya berfungsi sebagai corong propaganda untuk melanggengkan penjajahan yang tengah berlangsung dan membius kesadaran paa pembacanya.

Kedua, Kelompok Yang Tidak Percaya Propaganda Penjajah. Mereka ini adalah kaum yang dekat dengan langgar dan masjid, yang suka mendengarkan pengajian dan kutbah dari para ulama, kiai, dan ustadz. Sebab itu mereka tidak pernah mempercayai propaganda dari kaum penjajah, terlebih lagi mereka yang tengah berkuasa adalah para kafirin. Kaum seperti ini adalah kaum yang tercerahkan, yang kritis, dan mampu menilai situasi kondisi bangsa dengan jernih, karena mereka tidak mau dan jauh dari media-media massa mainstream yang didukung penguasa.

Masyarakat kita sekarang juga terbelah. Kondisinya mirip dengan warga Jayakarta dan Batavia di penghujung abad ke-19 lalu. Ada yang mati-matian percaya dan yakin dengan pendapatnya, bahkan saking cintanya, mendewa-dewakan orang yang mereka puja bagaikan tuhan. Mereka berpegangan kepada berita-berita dari media-media besar yang notabene menjadi corong propaganda kekuatan modal yang besar dibelakangnya, yang ingin melestarikan dan semakin menjajah negeri ini seperti halnya Belanda di zaman dahulu. Dan uniknya, mereka ini juga jauh dari masjid dan tuntunan para ustadz, kiai, dan ulama. Mereka termasuk kaum abangan yang tidak pernah peduli dengan agamanya. Sama persis seperti di zaman Schout Van Hinne.

Sedangkan kelompok masyarakat yang kritis sekarang ini, juga dekat dengan masjid dan para ulama. Mereka tidak mudah dibohongi propaganda media besar dan bukan termasuk “Generasi Micin” atau “Generasi Sinetron”. Sebab itu kesadaran mereka tetap terjaga dengan baik dan bisa dengan jernih melihat benar atau salah dalam suatu peristiwa.

Bagaimana dengan kelompok sekarang yang notabene katanya juga kelompok islamis, dekat dengan masjid, dan juga para ulamanya, namun dalam sikap dan tindakan malah nyinyir terhadap Islam, bahkan tega-teganya membubarkan pengajian?

Di zaman Schout Van Hinne juga ada yang seperti ini. Namanya Haji Syamsuddin. Ini haji pendatang, bukan warga asli Jayakarta, yang memiliki kekayaan banyak hasil dari usahanya yang banyak menyusahkan rakyat. Syamsuddin, walau bergelar haji, namun dia menjadi sekutu bagi Tuan Tanah Cina dan penjajah Belanda. Haji Syamsudin punya rumah besar di Marunda, punya usaha penyewaan kapal, punya peternakan berbagai macam hewan termasuk kuda, dan rumahnya dijaga oleh tukang-tukang pukul yang digajinya.

Suatu hari, ketujuh pendekar Pitung yang menyamar sebagai rombongan Demang Bekasi mendatangi rumah Haji Syamsudin. Dengan tipu muslihat, Pitung berhasil memperdaya Haji Syamsuddin dan membawa semua harta bendanya, yang kemudian dibagikan oleh Pitung kepada rakyat jelata yang ditemuinya di sepanjang jalan sampai habis. Harta benda Haji Syamsuddin berasal dari pemerasan yang dilakukannya terhadap rakyat kecil, oleh Pitung harta itu dikembalikan kepada rakyat kecil lagi. Akhirnya Haji Syamsuddin sadar dan malah bergabung dengan gerakan Pitung. Rumah Haji Syamsuddin tersebut sekarang ini kadung disebut sebagai Rumah Pitung di Marunda, padahal itu bukan rumah ketujuh pendekar Pitung.

Histoire se repete. Sejarah selalu berulang. Dan hari ini kita menyaksikan pengulangan sejarah. Siapa tahu, kelompok IQ 200 Sekolam yang ada sekarang adalah anak cucu daripada kaum pribumi yang dulu juga memusuhi pendekar-ulama Pitung dan para ulama yang mendukungnya? Siapa tahu. Apalagi Habib Rizieq, tokoh sentral yang mereka musuhi ini memang keturunan Pitung. [rd/eramuslim]

Kamis, 21 Februari 2019

Musik Menyebabkan Runtuhnya Islam di Andalusia

Musik Menyebabkan Runtuhnya Islam di Andalusia

View Article

Berbicara tentang penyebab musibah yang menimpa umat Islam, sering kita dapati para pakar dan para ahli hanya berbicara dalam tataran teknis atau lingkup yang ditangkap panca indera saja, padahal ada faktor non teknis yang bisa jadi tidak tertangkap oleh indera manusia tapi itulah penyebab utamanya, yaitu dosa. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syuraa: 30)

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ

“Tidaklah musibah turun melainkan karena dosa. Dan musibah tersebut tidak hilang melainkan dengan taubat.” (al-Jawabul Kafi, Hal. 87).

Sama halnya dengan kehancuran sebuah negeri, para pengamat dan sejarawan hanya berbicara pada permasalah pemimpin yang lemah, ekonomi yang morat-marit, bencana alam, dll. padahal ada penyebab yang utama yang menimbulkan penyebab-penyebab di atas, yaitu dosa-dosa yang dilakukan oleh penduduk negeri tersebut. Masyarakatnya adalah orang-orang yang berbuat kemaksiatan, bukan berdakwah dan melakukan perbaikan, mereka malah melupakan agama Allah. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَىٰ بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ

“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Hud: 117)

Hal itu pula yang terjadi di Andalusia, peradaban Islam yang berusia kurang lebih 800 tahun itu akhirnya hancur dengan runtuhnya Kerajaan Granada. Penduduk Andalusia kala itu melupakan Allah, jauh dari ketaatan kepada-Nya, dan sibuk dengan memperebutkan singgasana.

Lalu, apa yang menyebabkan mereka melupakan aturan Allah? Mungkin tidak ada yang menyangka penyebab lalainya penduduk Andalusia ini, karena penyebab ini begitu akrab dalam kehidupan kita sehari-hari, penyebabnya ialah musik. Ya, penduduk Andalusia disibukkan dengan mendengar musik. Musik telah mengalahkan bacaan Alquran mereka, mengalahkan bacaan hadis-hadis mereka, dan melupakan dari menadabburi ayat-ayat Allah Ta’ala.

Orang yang membawa musik ke tanah Andalusia adalah Abu al-Hasan Ali bin Nafi’ (789-857) atau yang lebih dikenal dengan Ziryab.

Siapakah Ziryab?

Ziryab adalah seorang Persia atau Kurdi yang pada awalnya tinggal dan bekerja di Irak lalu tinggal di Andalusia selama 30 tahun. Ia seorang musisi, penggubah lagu, ahli kosmetik, kuliner, fesyen, dan juga menguasai beberapa cabang ilmu pasti. Orang-orang Eropa mengenal Ziryab sebagai bapak kebudayaan.

Kalau hari ini kita gambarkan Ziryab, maka ia layaknya seorang selebriti. Orang-orang memperhatikannya dalam hal mode pakaian, gaya rambut, dan tren kuliner. Ia membuat tren warna dan model pakaian harus mengikuti musim-musim tertentu. Hari ini kita lihat orang-orang meniru tren Ziryab dengan istilah pakaian musim dingin, musim panas, atau musim semi. Ziryab juga mengubah kebiasaan bagaimana sebuah makanan itu dihidangkan atau disantap. Tidak ada seorang pun di Eropa atau di Andalusia secara khusus yang peduli tentang penyajian makanan, dahulu orang-orang menyajikan semua makanan dalam waktu yang sama. Ziryab membaginya menjadi tiga bagian dengan menu-menu yang menyesuaikan. Hari ini kita kenal dengan istilah hidangan pembuka (appetizer), hidangan utama (main course), dan makanan penutup (dessert). Demikian juga dengan gaya rambut, ia membuat tren laki-laki tatanan rambutnya pendek dan rapi, sementara perempuan berambut lebih panjang dan berponi.

Sebagian dari kita mungkin menyangka tatanan modern dalam berpakaian, kuliner, dan gaya rambut masyarakat Eropa saat ini adalah budaya yang terlahir dari kebiasaan mereka sendiri. Kalau Anda menyangka demikian, maka itu adalah kekeliruan. Kebiasaan tersebut terlahir dari seorang muslim yang berasal dari Baghdad, yaitu Ziryab. Bahkan Ziryab mengajarkan masyarakat Eropa menggunakan deodoran, pasta gigi, dan shampo.

Mengajarkan Musik

Setelah menyebutkan nilai-nilai peradaban yang Ziryab ajarkan kepada masyarakat Eropa, ada hal lain yang ia sebarkan di tengah peradaban muslim Eropa dan masyarakat benua biru itu secara umum, yaitu musik. Ketika datang ke Spanyol, Ziryab mendapatkan sambutan hangat dari pemerintah Daulah Bani Umayyah II di sana. Lalu ia pun mendirikan sekolah musik di wilayah kerajaan tersebut. Ia sangat pandai memainkan alat-alat musik, baik alat musik tradisional Arab maupun tradisional daerah setempat.

Melihat sosok Ziryab yang mampu menghibur dengan musiknya, memiliki penampilan yang trendi, mengajarkan cara menikmati makanan yang lebih menyenangkan dll. membuat masyarakat saat itu kagum dan memiliki kecenderungan hati kepadanya. Jangankan orang-orang yang hidup saat itu, tatkala mendengar apa yang diajarkan Ziryab kepada masyarakat Eropa sehingga peradaban Eropa seperti sekarang ini, mungkin di antara kita mulai mengaguminya, padahal apa yang diajarkan Ziryab bukanlah sesuatu yang sifatnya darurat, artinya peradaban manusia tidak punah jika tidak mengetahui apa yang Ziryab ajarkan. Tidak sehebat apa yang ilmuan-ilmuan Islam lainnya ajarkan. Kekaguman tersebut membuat masyarakat mulai meninggalkan membaca Alquran atau berkurang dari biasanya, demikian juga membaca hadis, dan kisah-kisah para ulama yang shaleh. Mereka mulai sibuk dengan music tersebut.

Kebiasaan ini kemudian turun-temurun terwarisi hingga lemahlah umat Islam dan semakin tidak mengetahui ajaran agama mereka. Peristiwa demi peristiwa terjadi dalam sejarah Islam di Andaluisa; berpecah-pecahnya Daulah Umayyah II yang dahulu menjadi satu-satunya kerajaan Islam di Spanyol menjadi Negara-negara kecil atau tha-ifah. Beberapa di antaranya kemudian dikuasai oleh Kerajaan Kristen Eropa. Puncaknya, musibah itu disempurnakan dengan runtuhnya Kerajaan Granada.

Apakah Mendengarkan Musik Berdosa?

Allah Ta’ala berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا وَلَّى مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ وَقْرًا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah padanya dengan azab yang pedih.” (QS. Luqman: 6-7)

Ibnu Mas’ud ditanya mengenai tafsir ayat tersebut, lantas beliau –radhiyallahu ‘anhu- berkata,

الغِنَاءُ، وَالَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ، يُرَدِّدُهَا ثَلاَث َمَرَّاتٍ.

“Yang dimaksud adalah nyanyian, demi Dzat yang tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi selain Dia.” Beliau menyebutkan makna tersebut sebanyak tiga kali. (Jami’ul Bayan fii Ta’wilil Qur’an, 20: 127)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ

“Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik…” (HR. Bukhari)

Umar bin Abdul Aziz pernah menulis surat kepada guru yang mengajarkan anaknya, isinya adalah, ”Hendaklah yang pertama kali diyakini oleh anak-anakku dari budi pekertimu adalah kebencianmu pada nyanyian. Karena nyanyian itu berasal dari setan dan ujung akhirnya adalah murka Allah. Aku mengetahui dari para ulama yang terpercaya bahwa mendengarkan nyanyian dan alat musik serta gandrung padanya hanya akan menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan rerumputan. Demi Allah, menjaga diri dengan meninggalkan nyanyian sebenarnya lebih mudah bagi orang yang memiliki kecerdasan daripada bercokolnya kemunafikan dalam hati.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

اللَّهُمَّ إلَّا أَنْ يَكُونَ فِي سَمَاعِهِ ضَرَرٌ دِينِيٌّ لَا يَنْدَفِعُ إلَّا بِالسَّدِّ

“Demi Allah, bahkan mendengarkan nyanyian (atau alat musik) adalah bahaya yang mengerikan pada agama seseorang, tidak ada cara lain selain dengan menutup jalan agar tidak mendengarnya.” (Majmu’ Al Fatawa, 11:567)

Penutup

Tentu ada dosa-dosa lainnya yang menyebabkan runtuhnya Islam di Spanyol, namun musik memiliki peranan penting yang menjauhkan umat dari agamanya. Umat Islam tidak tahu mana tauhid dan mana syirik karena mereka tidak mempelajari agamanya. Tidak tahu tata cara ibadah yang benar, dll.

Apakah benar musik melalaikan dari mengingat Allah, Alquran, hadis, dan mempelajari agama? Silahkan kita jawab dengan amalan kita sehari-hari, manakah yang lebih banyak kita dengar atau hafal? Nyanyian, Alquran ataukah hadis?

Banyak orang tertawa, merinding, terenyuh, bahkan menangis ketika mendengar musik, tapi sedikit yang merasakan hal yang sama ketika mendengarkan Alquran.




Oleh Nurfitri Hadi
Artikel KisahMuslim

Sumber:
– Muqaddimah Ibnu Khaldun
– www.saudiaramcoworld.com/issue/200407/flight.of.the.blackbird-.compilation.htm
– muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/saatnya-meninggalkan-musik.html

Senin, 03 Desember 2018

Tentang Usia Pernikahan ‘Aisyah dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Tentang Usia Pernikahan ‘Aisyah dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

View Article

Ada satu hakikat yang tidak boleh dilupakan oleh siapa pun dalam mendiskusikan masalah ini, yaitu perbedaan pendapat para pakar tentang berapakah usia ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha ketika menikah dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bukanlah perbedaan dalam perkara aqidah yang pokok, dasar-dasar agama, dan bukan pula domain untuk mengeluarkan seseorang dari Islam. Bukan hanya masalah ini, para imam pun tidak ada kata sepakat dan final dalam memastikan kapan tanggal, bulan, dan tahun pasti tentang kelahiran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, walau di sisi lain mereka sepakat lahirnya di hari Senin dan di tahun Gajah. Mereka juga tidak ada kata sepakat tentang kapan peristiwa Isra Mi’raj terjadi secara pasti, dan sebagainya. Oleh karenanya, perbedaan seperti ini –bukan hanya jangan menimbulkan fitnah saling mengkafirkan- tetapi jangan sampai menodai kehormatan para imam yang memiliki pendapat lain terhadap lainnya.

Sangat tidak pantas jika generasi kemudian menyalahkan amirul mu’minin fil hadits, Al Imam Al Bukhari dan Al Imam Muslim, dua imam hadits yang karya mereka berdua (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim) diakui kitab paling shahih setelah Al Quran, dengan menuduh mereka sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas fitnah kaum kafirin masa modern karena telah meriwayatkan kisah pernikahan tersebut. Kaum kuffar memfitnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai pengidap Pedofilia (Seorang yang orientasi seksualnya kepada anak-anak), hanya karena Beliau menikahi ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha saat masih enam tahun (atau tujuh tahun)!

Tegas kami katakan, ada atau tidak ada riwayat tersebut, ada atau tidak ada kisah-kisah lainnya yang dianggap kontroversi, bukankah memang mereka selalu memfitnah kaum muslimin dan nabinya sepanjang zaman? Bukankah memang sejak awal fajar Islam mereka menuding Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan segala macam fitnah? Janganlah karena ingin meredakan fitnah mereka, akhirnya kita berapologi dengan bermuka manis untuk mereka, sambil basa basi ikut-ikutan menyalahkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, serta imam-imam muhadditsin lainnya yang menshahihkan hadits itu?

Seandainya hadits tentang ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha menikah di usia enam tahun adalah dhaif bahkan palsu, apakah kaum kuffar akan berhenti memfitnah Islam dan kaum muslimin? Bahagiakah mereka? Puaskah? Tidak, Karena kebencian terhadap risalah Islam sudah mendarah daging dan beragam upaya mereka lakukan untuk memadamkan cahaya agama Allah ini.

Tudingan bahwa riwayat tersebut tidak rasional, lalu dengannya juga menjadi sebab penolakannya, maka sudah berapa banyak rasio manusia menjadi tolok ukur keautentikan sebuah hadits? Haruskan hadits itu dicocokkan dulu dengan akal dan tradisi, barulah shahih, kalau tidak cocok maka tidak shahih? Terburu-buru menolak hadits shahih, yang telah diyakini sedemikian panjang para imam dari zaman ke zaman, hanya karena bertentangan dengan akal dan tradisi manusia zaman sekarang, adalah perbuatan yang melampaui batas. Apalagi sampai menuduh pihak lain dengan sebutan taklid, bodoh, dan..?

Banyak hal-hal yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan/atau Imam Muslim, yang menurut akal manusia tidak rasional. Seperti butanya mata malaikat maut karena dicolok oleh Nabi Musa ‘Alaihissalam pada saat Nabi Musa hendak dicabut nyawanya, perdebatan antara Nabi Adam dan Nabi Musa ‘Alaihismassalam tentang sebab apa Nabi Adam dikeluarkan dari surga, Nabi Muhammad melihat Nabi Musa sedang shalat di dalam kuburnya, ibu yang membunuh bayinya maka si ibu dan bayinya masuk ke neraka; apa salah bayinya? …….. Dan masih banyak lagi, apakah serta merta semua ini langsung didhaifkan? Apalagi hanya karena takut difitnah oleh orientalis barat, lalu supaya mereka tidak menuding lagi maka kita katakan secara apologetic: “Sudah ya jangan fitnah kami lagi, kan hadits yang kalian jadikan alasan menyerang Islam itu ternyata dhaif lho!?”

Sesungguhnya, menggunakan hadits dhaif sama juga memasukkan ke dalam Islam sesuatu yang bukan berasal dari Islam. Sebagaimana terburu-buru mendhaifkan hadits shahih sama juga menghapuskan sesuatu yang merupakan sebenarnya dari Islam.

Hadits yang ditolak itu…..

Berikut ini hadits yang dimaksud:

حَدَّثَنِي فَرْوَةُ بْنُ أَبِي الْمَغْرَاءِ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ
تَزَوَّجَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا بِنْتُ سِتِّ سِنِينَ فَقَدِمْنَا الْمَدِينَةَ فَنَزَلْنَا فِي بَنِي الْحَارِثِ بْنِ خَزْرَج …..

(Imam Bukhari berkata) berkata kepadaku Farwah bin Abu Al Maghra’, berkata kepada kami Ali bin Mushir, dari Hisyam (bin ‘Urwah), dari ayahnya, dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menikahiku saat aku berusia enam tahun, lalu kami mendatangi Madinah dan kami singgah di Bani Al Harits bin Khazraj ………. dst. (HR. Bukhari No. 3894)

Riwayat lain:

وَنَكَحَ عَائِشَةَ وَهِيَ بِنْتُ سِتِّ سِنِينَ ثُمَّ بَنَى بِهَا وَهِيَ بِنْتُ تِسْعِ سِنِينَ

Nabi menikahi ‘Aisyah dan dia adalah seorang gadis berusia enam tahun kemudian dia membina rumah tangganya pada saat usia sembilan tahun. (HR. Bukhari No. 3896, dengan sanad: ‘Ubaid bin Isma’il, Abu Usamah, Hisyam bin ‘Urwah, dan ayahnya yakni ‘Urwah bin Az Zubeir)

Dalam riwayat Imam Muslim:

تَزَوَّجَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا بِنْتُ سِتِّ سِنِينَ وَبَنَى بِي وَأَنَا بِنْتُ تِسْعِ سِنِينَ

Nabi Shallallahu ‘Alaihiw wa Sallam menikahiku saat itu aku berusia enam tahun, dan Beliau membina rumah tangga denganku saat aku sembilan tahun. (HR. Muslim No. 1422, dengan dua sanad: Pertama, Yahya bin Yahya, Abu Mu’awiyah, Hisyam bin ‘Urwah, sanad kedua, Ibnu Numair, ‘Abdah bin Sulaiman, Hisyam bin ‘Urwah, ayahnya, ‘Aisyah)

Semua riwayat di atas melalui Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari ‘Aisyah, lantaran Hisyam inilah hadits ini menjadi dhaif menurut mereka.

Siapa Hisyam bin ‘Urwah Radhiallahu ‘Anhu?

Beliau adalah Hisyam bin ‘Urwah bin Az Zubeir bin ‘Awwam bin Khuwalid bin Asad bin Abdul ‘Uzza bin Qushay bin Kilaab. Ibunya berasal dari Khurasan, yakni Shaafiyah. Kun-yah beliau adalah Abu Al Mundzir, ada juga yang mengatakan Abu Bakar Al Qursyi Al Madini.

‘Amru bin ‘Ali berkata: Hisyam bin ‘Urwah dilahirkan pada tahun 61 H.

‘Amru bin ‘Ali juga berkata: dari Abdullah bin Daud: Aku mendengar Hisyam berkata: Aku seusia dengan Umar bin Abdul Aziz.

Beliau juga berkata: aku mendengar Waki’ berkata: Aku mendengar Hisyam berkata: Aku pernah berjumpa dengan Abdullah bin Jabir dan Abdullah bin Umar, masing-masing keduanya memiliki ilmu yang melimpah.

Abu Hatim berkata: Dia adalah imam yang tsiqah (terpercaya) dalam hadits.

Yahya bin Ma’in mengatakan: Beliau wafat di Baghdad pada tahun 146 H. (Diterangkan oleh Imam Abul Walid Sulaiman Khalaf Al Baji, At Ta’dil wat Tajrih, 3/1333, No. 1398)

Abu Nu’aim mengatakan bahwa Hisyam wafat 145 H, Adz Dzuhli dan Ibnu Abi Syaibah juga menyebutkan seperti Abu Nu’aim. Yahya bin Bakir menyebut 146 H. Sementara ‘Amru bin ‘Ali menyebutkannya wafat 147 H. (Lihat Rijaal Shahih Al Bukhari, 2/770)

Al ‘Ijli dan Ibnu Sa’ad mengatakan, bahwa Hisyam adalah seorang yang tsiqah. Ibnu Sa’ad menambahkan bahwa hadits dari Hisyam banyak, kuat dan hujjah. Sedangkan Ya’qub bin Syaibah mengatakan Hisyam adalah orang yang tsiqah tidak ada yang diingkari darinya kecuali riwayat setelah dia pergi ke Iraq. Abdurrahman bin Kharrasy mengatakan bahwa Malik tidak menyukai riwayat Hisyam yang berasal dari penduduk Iraq. Yahya bin Ma’in dan jama’ah mengatakan tsiqah. Ali bin Al Madini mengatakan dia memiliki 400 hadits. Adz Dzahabi sendiri menyebut lebih dari 1000 hadits. Banyak manusia yang mengambil hadits darinya seperti Syu’bah, Sufyan Ats Tsauri, Malik, dan banyak lagi. (Imam Adz Dzahabi, Siyar A’lamin Nubala, 6/45-47, Al Hafizh Ibnu Hajar, Tahdzibut Tahdzib, 11/45. Al ‘Ijli, Ma’rifah Ats Tsiqaat, No. 1906).

Al Hafizh Ibnu Hajar menyebutnya sebagai orang yang tsiqah dan faqih, hanya saja barangkali dia melakukan tadlis. (Al Hafizh Ibnu Hajar, Taqribut Tahdzib, No. 7302)

Beliau dituduh mengalami kekacauan hafalan pada akhir hayatnya, khususnya ketika di pindah ke Iraq, namun hal itu telah dikomentari oleh Imam Adz Dzahabi –dalam Mizanul I’tidal- sebagai berikut:

“Dia adalah salah satu tokoh besar (Al A’laam), hujjah lagi imam, tetapi di usia tuanya hafalannya berkurang, namun selamanya tidak pernah mengalami kekacauan! Jangan hiraukan apa yang dikatakan Abul Hasan bin Al Qahththan yang menyebutkan bahwa Beliau dan Suhail bin Abu Shalih hafalannya menjadi kacau dan berubah. Betul! Seseorang akan mengalami perubahan sedikit pada hafalannya, dan tidak lagi sama sebagaimana ketika dia masih muda, maka wajar dia lupa pada sebagian hafalannya atau mengalami wahm (ragu), dan itu apa salahnya! Apakah dia ma’shum (terjaga) dari lupa?

Ketika Beliau datang ke Iraq di akhir hidupnya, dia banyak sekali membawa ilmu ke sana, bersamaan dengan itu dia juga membawa sedikit hadits-hadits yang tidak bagus, hal seperti ini juga dialami oleh para imam besar terpercaya seperti Malik, Syu’bah, dan Waki’, maka tinggalkanlah olehmu menikam para imam yang mengalami itu dengan menyebut mereka sebagai orang-orang dhaif dan kacau, dan Hisyam adalah seorang Syaikhul Islam.” (Mizanul I’tidal, 4/302. Lihat juga Imam Ibrahim bin Muhammad bin Khalil Ath Tharablusi, Al Ightibath Lima’rifati Man Ramaa bil Ikhtilath, Hal. 68, No. 98)

Imam Adz Dzahabi juga membela Hisyam bin ‘Urwah dalam kitabnya yang lain, katanya:
“Aku berkata: secara mutlak dia adalah seorang yang terpercaya, jangan hiraukan apa yang dikatakan oleh Al Hafizh Abul Hasan bin Al Qaththan bahwa dia (Hisyam) dan Suhail bin Abu Shalih hafalannya menjadi kacau dan berubah. Sebab seorang yang haafizh dia akan berkurang hafalannya ketika usia tuanya serta terbatas kecerdasannya. Keadaannya ketika sudah tua tidak akan sama dengan ketika masih muda. Tidak ada seorang pun yang terjaga dari lupa, dan tidak pula perubahan itu membawa mudharat. Yang membawa mudharat itu jika dia mengalami kekacauan (ikhtilath) dalam hafalannya, sedangkan Hisyam sedikit pun tidak mengalaminya. Maka, ucapan Ibnul Qaththan bahwa Hisyam telah kacau hafalannya adalah ucapan yang tertolak dan buruk.

Saya melihat para imam besar pun mengalami kesalahan dan wahm (ragu). Lihatlah Syu’bah, ketika sudah beruban dia pun mengalami ragu dalam hafalannya, begitu pula Al Auza’i, Ma’mar, dan juga Malik Rahmatullah ‘Alaihim.” (Siyar A’lamin Nubala, 6/35-36)

Pembelaan yang begitu bersemangat dari Imam Adz Dzahabi ini tentu menjadi koreksi atas pihak yang menciderai kedudukan Hisyam, khususnya penolakan mereka terhadap hadits Hisyam bin ‘Urwah Radhiallahu ‘Anhu ketika akhir hidupnya di Iraq. Jadi, mayoritas imam menilainya tsiqah secara mutlak, kecuali menurut Imam Malik, Imam Ya’qub bin Syaibah, dan Imam Abul Hasan bin Al Qaththan, yang menyebutnya tsiqah-nya Hisyam adalah sebelum ke Iraq.

Benarkah hadits ini hanya dari Hisyam bin ‘Urwah?

Adalah TIDAK BENAR hadits ini hanya bersumber dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, dan dari ‘Aisyah. Hadits ini memiliki jalur-jalur lain selain dirinya:

– Di antaranya dari Al Aswad bin Yazid sebagai berikut:



و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَ يَحْيَى وَإِسْحَقُ أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ تَزَوَّجَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ بِنْتُ سِتٍّ وَبَنَى بِهَا وَهِيَ بِنْتُ تِسْعٍ وَمَاتَ عَنْهَا وَهِيَ بِنْتُ ثَمَانَ عَشْرَةَ

(Imam Muslim berkata:) Berkata kepada kami Yahya bin Yahya, Ishaq bin Ibrahim, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Abu Kuraib, berkata Yahya dan Ishaq: telah mengabarkan kepada kami. Sedangkan dua yang lain (Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Abu Kuraib) berkata: berkata kepada kami Abu Mu’awiyah, dari Al A’masy, dari Ibrahim, dari Al Aswad, dari ‘Aisyah, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menikahinya dan dia berusia enam tahun dan mulai berumah tangga dengannya pada usia 9 tahun, dan Beliau wafat saat ‘Aisyah berusia 18 tahun. (HR. Muslim No. 1422, 72)

Hadits ini pun shahih, seluruh rawinya adalah tsiqaat.

– Lalu, jalur lain yakni Yahya bin Abdurrahman bin Haathib, sebagai berikut:

حدثنا عبد الله بن عامر بن زرارة الحضرمي حدثنا يحيى بن زكريا بن أبي زائدة عن محمد بن عمرو عن يحيى بن عبد الرحمن بن حاطب : عن عائشة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم تزوجها وهي بنت ست سنين وبنى بها وهي بنت تسع سنين زوجها إياه أبو بكر

(Imam Abu Ya’la berkata): berkata kepada kami Abdullah bin ‘Amir bin Zurarah Al Hadhrami, berkata kepada kami Yahya bin Zakaria bin Abi Zaaidah, dari Muhammad bin ‘Amru, dari Yahya bin Abdurrahman bin Haathib, dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menikahinya dan dia berusia enam tahun dan mulai berumah tangga dengannya pada usia 9 tahun, dan Beliau wafat saat ‘Aisyah berusia 18 tahun. (HR. Musnad Abu Ya’la No. 4673, Syaikh Husein Salim Asad berkata: hasan)

– Jalur lain, dalam Shahih Muslim juga yakni Az Zuhri, dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah, sebagai berikut:

حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَزَوَّجَهَا وَهِيَ بِنْتُ سَبْعِ سِنِينَ وَزُفَّتْ إِلَيْهِ وَهِيَ بِنْتُ تِسْعِ سِنِينَ وَلُعَبُهَا مَعَهَا وَمَاتَ عَنْهَا وَهِيَ بِنْتُ ثَمَانَ عَشْرَةَ

Berkata kepada kami Abdu bin Humaid, mengabarkan kepada kami Abdurrazzaq, mengabarkan kepada kami Ma’mar, dari Az Zuhri, dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menikahinya pada saat berusia tujuh tahun dan mulai memboyongnya pada saat sembilan tahun, Beliau bercengkerama dengannya dan wafat pada saat ‘Aisyah berusia 18 tahun. (HR. Muslim No. 1422, 71)

Pada riwayat ini disebut tujuh tahun, dan sama sekali tidak masalah bagi riwayat yang menyebut enam tahun. Sebab sering manusia menyebut usianya dengan angka yang bisa berbeda satu tahun. Hal itu bisa terjadi karena menurut tahunnya dia sudah masuk usia tujuh tahun, walau menurut bulannya dia belum tujuh tahun. Istilah di negeri kita, usia enam tahun jalan tujuh, atau tujuh tahun jalan. Syaikh Ibnul ‘Utsaimin Rahimahullah dalam Syarh Arbain Nawawiyah mengatakan bahwa jika orang-orang Arab menggunakan kasrah dalam angka menunjukkan makna “sekitar/lebih kurang”. Jika disebut Arba’in (empat puluh) maka itu bisa bermakna 41, 42, atau 38, 39, sebagaimana hadits Arba’in Nawawi ternyata jumlahnya adalah 42 bukan 40, walau ditulis arba’in (empat puluh). Maka, ucapan ‘Aisyah bahwa beliau dinikahkan pada usia sittin (enam) atau sab’in (tujuh), bermakna sekitar 6 atau sekitar 7, namun riwayat yang menyebut 6 tahun jauh lebih banyak. Wallahu A’lam

Maka, berbagai jalur di atas menunjukkan jelas keliru jika menganggap hadits ini hanya berasal dari riwayat Hisyam bin ‘Urwah saja.

Benarkah Imam Al Bukhari dan Imam Muslim memudah-mudahkan?

Mereka menuduh Imam Bukhari dan Imam Muslim telah melonggarkan masalah ini, sehingga mereka memasukkan hadits ini dalam kitab shahihnya masing-masing. Tuduhan itu sama sekali tidak benar jika dilihat dari banyak sisi:

Pertama, Bagaimana mungkin mereka dianggap memudahkan (mutasahil), padahal standard dan syarat mereka berdua untuk menshahihkan hadits adalah yang paling ketat?

Berkata Imam An Nawawi dalam kitab At Taqrib:

أول مصنف في الصحيح المجرد، صحيح البخاري، ثم مسلم، وهما أصح الكتب بعد القرآن، والبخاري أصحهما وأكثرهما فوائد، وقيل مسلم أصح، والصواب الأول

“Kitab pertama yang paling shahih adalah Shahih Al Bukhari, kemudian Shahih Muslim. Keduanya adalah kitab paling shahih setelah Al Quran. Dan Shahih Al Bukhari paling shahih di antara keduanya dan paling banyak manfaatnya. Ada yang mengatakan Shahih Muslim paling shahih, tapi yang benar adalah yang pertama.” (Imam An Nawawi, At Taqrib wat Taisir, Hal. 1. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Beliau menambahkan:

الصحيح أقسام: أعلاها ما اتفق عليه البخاري ومسلم، ثم ما انفرد به البخاري، ثم مسلم، ثم ما على شرطهما، ثم على شرط البخاري، ثم مسلم، ثم صحيح عند غيرهما، وإذا قاولوا صحيح متفق عليه أو على صحته فمرادهم اتفاق الشيخين

“Hadits Shahih itu terbagi-bagi, paling tinggi adalah yang disepakati oleh Al Bukhari dan Muslim, kemudian Al Bukhari saja, kemudian Muslim, kemudian hadits yang sesuai syarat keduanya, kemudian yang sesuai syarat Al Bukhari, kemudian Muslim, kemudian shahih menurut selain keduanya. Jika mereka mengatakan: Shahih Muttafaq ‘Alaih atau ‘Ala Shihatihi maksudnya adalah disepakati oleh Syaikhain (dua syaikh yakni Al Bukhari dan Muslim).” (Ibid)

Kedua, terkenal bahwa Imam Al Bukhari dan Imam Muslim termasuk ulama yang menolak menggunakan hadits dhaif dalam semua urusan dan perkara, termasuk dalam masalah selain aqidah, hukum, halal dan haram, yang para ulama istilahkan perkara fadhailul a’mal, targhib wat tarhib, akhlak, dan semisalnya. Ini juga menjadi pendapat Imam Ibnu Hazm, Imam Yahya bin Ma’in, Imam Ibnul ‘Arabi, Syaikh Ahmad Syakir, Syaikh Al Albani, dan lainnya.

Bagaimana mungkin Imam Bukhari mengendorkan sanad, padahal dia termasuk ulama yang menolak memakai hadits dhaif dalam hal apa pun?

Ketiga, ini yang paling penting, bahwa Hisyam bin ‘Urwah telah dipakai oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Shahih mereka di ratusan hadits dengan berbagai tema sampai-sampai kami pun sulit menghitungnya karena saking banyaknya, baik tema-tema aqidah, halal haram, dan hukum, dan tentunya fadhailul a’mal. Apa artinya? Artinya menurut standar mereka berdua Hisyam bin ‘Urwah adalah tsiqah (terpercaya) dalam meriwayatkan semua tema hadits, bukan hanya fadhailul a’mal.

Benarkah tidak rasional?

Ya, jika kita menggunakan kaca mata manusia saat ini, maka apa yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lakukan adalah tidak rasional dan bertentangan dengan tradisi manusia saat ini! Tetapi pandanglah dengan kaca mata manusia yang hidup zaman itu, masa Beliau dan ‘Aisyah hidup bersama-sama dan itu kebiasaan bangsa Arab saat itu dan beberapa abad setelahnya. Justru tidak rasional jika ada manusia zaman ini yang menilai manusia masa lalu dengan sudut pandang manusia masa kini. Tidak masuk akal menilai standar kepantasan manusia lalu dengan standar kepantasan manusia masa kini.

Lihatlah sejarah, dan lihatlah kebiasaan mereka, dan lihatlah buku-buku yang ditulis para fuqaha. Niscaya akan kita pahami dan maklumi, itulah kebiasaan mereka saat itu. Sedangkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan ‘Aisyah termasuk manusia yang hidup pada zaman itu, tentu dia akan seperti masyarakatnya.

Abdullah bin Amr bin Al ‘Ash hanya berbeda 11 tahun dengan ayahnya (Amr bin Al ‘Ash). (Lihat Siyar A’lamin Nubala, 3/ 17-18) apa artinya? Amr bin Al Ash menikah pada usia sangat belia, sekitar 10 – 13 tahun!

Para fuqaha di berbagi mazhab fiqih ramai membicarakan dalam kitab-kitab mereka tentang pernikahan sesama anak-anak, bahkan sebagian mereka ada yang membicarakan pernikahan bayi, apakah sah atau tidak?! Apa artinya ini? Ini menunjukkan pernikahan anak di bawah umur sudah biasa terjadi saat itu dan merupakan tradisi mereka, dan saat itu bukan dianggap aneh, apalagi dianggap kejahatan terhadap anak-anak di bawah umur. Lalu hari ini kita hidup di zaman modern menghakimi tradisi masa itu dengan standar tradisi manusia hari ini? Jelas sangat tidak rasional!

Kira-kira enam tahun lalu, ada yang bertanya kepada kami kenapa Firaun ikut-ikutan mengejar Nabi Musa ‘Alaihissalam? Bukankah Firaun seorang raja yang memiliki ribuan pasukan? Seharusnya cukuplah anak buahnya saja yang mengejar, dia tidak usah ikut mengejar. Saat itu kami jawab: “Karena Firaun hidup pada masa dulu, di mana para pemimpin ketika itu, jika rakyatnya perang mereka juga ikut ambil bagian bahkan menjadi pemimpinnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga ikut berperang dan menjadi pemimpin pasukannya dalam banyak peperangan, Abu Jahal pun ikut berperang bersama kaumnya melawan pasukan kaum muslimin. Jangan gunakan pikiran dan realita saat ini, di mana jenderal duduk manis di belakang meja, sementara prajuritnya yang mati-matian bertempur.”

Nah, cara berpikirlah yang harus kita benahi agar tidak kaku dan lebih rasional dalam membaca sejarah.

Imam Bukhari dan Imam Muslim sama sekali tidak salah

Dalam masalah ini, kedua imam ini sama sekali tidak memiliki saham kesalahan yang membuat orientalis barat memfitnah Islam dan kaum muslimin masa kini. Tidak pada awal dan tidak pada akhirnya, tidak pada sebagian dan tidak pula pada keseluruhannya. Justru bagi kami, yang keliru adalah sikap kaum muslimin dan sebagian ulamanya yang nampaknya begitu inferior, minder. Dan ketakutan di hadapan tudingan-tudingan itu. Seharusnya mereka memberikan pembelaan yang benar dan cerdas, bukan malah menyalahkan dan meragukan keabsahan nash-nash yang shahih pada kitab mereka berdua, apalagi menyebut hadits-hadits tersebut merupakan fitnah keji kepada nabi, dengan tujuan supaya kaum kuffar tidak lagi menuduh Islam.

Adalah hal yang terpuji jika kita melakukan upaya untuk menutup celah agar kaum kuffar tidak memiliki hujjah menyerang Islam. Hal itu patut diapresiasi. Tetapi, tidak dengan cara merobohkan bangunan kita sendiri, tidak dengan mengoyak tatanan yang sudah baku, yang telah dibangun para imam sepanjang zaman.

Imam Bukhari dan Imam Muslim telah menunaikan apa yang telah menjadi kewajibannya sebagai ‘aalim. Mereka telah bersusah payah menghabiskan semua umur dan waktunya untuk berkhidmat kepada As Sunnah, dan akhirnya Allah Ta’ala memberikan mereka kedudukan yang tinggi di dalam dada kaum muslimin dan ulamanya sesudah itu hingga saat ini. Telah banyak ulama yang bangkit membela kehormatan mereka dari serangan para orientalis dan kaki tangannya, sebut saja Asy Syaikh Al ‘Allamah Yusuf Al Qaradhawi dalam Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 1, juga Asy Syaikh Mushthafa As Siba’i Rahimahullah dalam As Sunnah wa Makaanatuha fil Islam.

Karena riwayat ini mereka menuduh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seorang Pedofilia?

Kami sudah katakan sebelumnya, ada atau tidak ada hadits ini, mereka tidak akan pernah hilang menyerang kepribadian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yang mesti kita lakukan adalah menjawab tuduhan itu secara rasional, bukan serta merta mendhaifkan riwayat tersebut secara takalluf (baca: maksain), seakan mendhaifkan adalah jalan pintas untuk mereduksi segala tudingan mereka. Bukan begitu caranya.

Kita lihat, ketika kaum kuffar menuding Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah seorang hyper sex karena Beliau beristri banyak, apakah serta merta kita dhaifkan saja berbagai riwayat yang menyebut berbilangnya istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Apakah ketika kaum kuffar menuduh Islam disebarkan dengan pedang karena ada hadits muttafaq ‘alaih: umirtu an uqaatilan naas hatta yasyhaduu alla ilaha illallah … (Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi tidak ada Ilah kecuali Allah  …dst), lalu untuk menjawab tuduhan mereka kita dhaifkan saja hadis ini? Tidak begitu. Tapi, jelaskanlah semuanya secara cerdas.

Termasuk dalam masalah tudingan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah seorang pedofilia disebabkan adanya hadits ini.

Seharusnya kita katakan bahwa seseorang dikatakan pedofilia jika memang orientasi seksualnya hanya kepada anak-anak. Sedangkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat jauh dari orientasi seperti itu. Kalau memang Beliau seorang pedofilia tentulah semua istrinya, atau sebagian besarnya, adalah wanita berusia anak-anak. Tapi kenyataannya tidak demikian, hanya ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha yang menikah dengannya pada usia sangat belia. Istri lainnya mayoritas adalah janda, wanita dewasa bahkan cukup tua. Kenyataan ini sudah cukup menggugurkan tudingan tersebut. Sebab semua teori dan tuduhan jika tidak sesuai dengan fakta maka teori dan tuduhan itu rapuh. Jika kaum kuffar masih menuding juga dan tidak puas dengan ini, tidak usah sampai: yaa sudahlah hadits ini dhaifkan saja! Biar tudingan mereka menjadi tidak berdasar. Maka, ini adalah kekalahan mental terhadap mereka.

Jika mereka menuding Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seorang hyper sex, maka kita jawab: bagaimana menurut kalian tentang Nabi Sulaiman ‘Alaihissalam (King Solomon) yang memiliki 1000 istri menurut Bible? Atau Nabi Daud ‘Alaihis Salam yang 40 istri, kenapa kalian tidak menuding mereka berdua? Kami pun tidak ingin kalian menuding mereka berdua sebagai super hyper sex misalnya, tetapi kami ingin menegaskan betapa tidak fairnya kalian ini! Betapa api kebencian terhadap Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membuat kalian bertindak zhalim dan hina seperti ini. Demikianlah jawaban kita atas mereka, bukan dengan menyalahkan riwayat tersebut: aah riwayat tersebut dhaif.

Tetap Mengapresiasi

Demikian siap kami dalam hal ini. Tetapi, kami tetap mengapresiasi perjuangan setiap aktivis muslim yang meng-caunter serangan kaum kuffar, termasuk yang dilakukan para ulama dan pemikir muslim mana pun dan siapa pun dengan cara ilmiah dalam perkara pernikahan nabi dan ‘Aisyah ini. Perbedaan ini hendaklah didasarkan karena cinta dan ukhuwah yang sehat, untuk mencapai target yang sama, yakni kebenaran. Bukan karena kebencian apalagi i’tizaziyah (gaya-gayaan).

Demikian, semoga bermanfaat untuk saudara penanya dan sidang pembaca sekalian. Wallahu A’lam

Wa Shallallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi ajmain. []



Oleh Farid Nu'man Hasan
Alumni S1 Sastra Arab UI Depok
Pengajar di Bimbingan Konsultasi Belajar Nurul Fikri
Artikel oleh Dakwatuna

Pranala luar:
1. https://islamqa.info/id/answers/124483/kajian-tentang-usia-aisyah-rhadiallahu-anha-saat-dinikahi-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam
2. https://islamqa.info/id/answers/44990/hikmah-pernikahan-nabi-sallallahu-alaihi-wa-sallam-meskipun-perbedaan-umur
3. https://sejarahnikahdini.wordpress.com/2012/06/23/sejarah-pernikahan-dini-di-berbagai-belahan-dunia

Jumat, 05 Oktober 2018

“Cara Kotor” Rentenir Global (IMF) dalam Bekerja

“Cara Kotor” Rentenir Global (IMF) dalam Bekerja

View Article

IMF adalah lembaga moneter internasional terkemuka yang tujuan publiknya adalah untuk menjaga stabilitas sistem keuangan global melalui pinjaman terkait dengan proposal yang dirancang untuk menguatkan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi.

Pada kenyataannya, IMF berada di bawah kendali Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat dan kebijakannya dirancang untuk ekspansi lebih lanjut, dominasi dan keuntungan bagi perusahaan multi-nasional terkemuka serta lembaga keuangan mereka.

AS dan negara-negara Eropa menerapkan pembagian kekuasaan: Para direktur eksekutif IMF adalah orang Eropa; rekan-rekan mereka di Bank Dunia (WB) adalah dari Amerika Serikat.

Dalam menjalakan operasinya para direktur eksekutif IMF dan WB berkonsultasi dengan pemerintahan negara mereka dan terutama dengan Departemen Keuangan untuk memutuskan prioritas-prioritas, negara-negara mana saja yang akan menerima pinjaman, apa syarat-syaratnya dan berapa besarnya.

Pinjaman dan persyaratan yang ditetapkan oleh IMF dikoordinasikan secara erat dengan sistem perbankan swasta. Begitu IMF menandatangani perjanjian dengan negara debitur, maka itu menjadi sinyal bagi bank-bank swasta besar untuk meminjamkan, berinvestasi dan melanjutkan dengan transaksi-transaksi keuangan yang sangat menguntungkan. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa IMF memainkan peran sebagai komando umum bagi sistem keuangan global.

IMF meletakkan dasar untuk penaklukan sistem keuangan di negara-negara dunia yang rentan oleh bank-bank besar.

IMF mengemban beban atas semua pekerjaan kotor yang dilakukan melalui intervensinya. Ini termasuk perampasan kedaulatan, tuntutan privatisasi dan pengurangan belanja sosial, gaji, upah dan pensiun, serta memastikan prioritas pembayaran utang. IMF bertindak sebagai ‘si buta’ bagi bank-bank besar dengan cara mengalihkan kritik politik dan kerusuhan sosial.

Para Direktur Eksekutif sebagai Orang-Orang Psikopat/Kejam (Hatchet Persons)

Orang-orang seperti apakah yang didukung oleh bank-bank untuk menjadi direktur eksekutif IMF? Orang yang mereka percayakan untuk jalankan tugas-tugas melanggar hak-hak berdaulat negara-negara, memiskinkan rakyat dan mengikis institusi demokratis?

Mereka termasuk para penipu keuangan yang terhukum; direktur baru-baru ini menghadapi tuntutan atas tuduhan kesalahan penanganan dana publik sebagai menteri Keuangan; seorang pemerkosa; seorang pembela diplomasi “kapal meriam”(diplomasi dengan ancaman_red) dan promotor dari runtuhnya keuangan terbesar dalam sejarah suatu negara.

Jurus membangkrutkan sebuah negara lewat hutang.

Para Direktur Eksekutif IMF di Pengadilan

Direktur eksekutif IMF saat ini (Juli 2011-2015), Christine Lagarde, sedang diadili di Perancis atas  penyalahgunaan dana pembayaran untuk konglomerat Bernard Tapie sebesar $ 400 juta dolar saat ia menjabat Menteri Keuangan dalam pemerintahan Presiden Sarkozy.

Direktur eksekutif sebelumnya (November 2007-Mei 2011), Dominique Strauss-Kahn, dipaksa mengundurkan diri setelah ia didakwa memperkosa seorang pelayan di sebuah hotel di New York dan kemudian ditangkap, dan ia mencoba menjadi mucikari di kota Lille, Prancis.

Pendahulunya, Rodrigo Rato (Juni 2004-Oktober 2007), adalah seorang bankir Spanyol yang ditangkap dan didakwa atas penggelapan pajak, menyembunyikan 27 juta euro di tujuh bank di luar negeri dan menipu ribuan investor kecil yang ia yakinkan untuk menaruh uang mereka di Bank Spanyol, Bankia, yang bangkrut.

Pendahulunya seorang Jerman, Horst Kohler, mengundurkan diri setelah ia membuat pernyataan yang tidak sesuai kenyataan – yaitu bahwa intervensi militer di luar negeri perlu untuk membela kepentingan ekonomi Jerman, seperti rute perdagangan bebas. Ini merupakan salah satu cara IMF bertindak sebagai alat bagi kepentingan imperialis; terdapat pula seorang eksekutif IMF lainnya yang membuat pernyataan serupa secara publik!

Michel Camdessus (Januari 1987-Februari 2000) adalah penulis dari “Konsensus Washington” doktrin yang menjamin kontra-revolusi neo-liberal secara global. Masa jabatannya memberi kesaksian tentang rangkulannya dan pembiayaannya kepada beberapa diktator terburuk, termasuk fotonya dengan seorang jendral yang kuat di Indonesia, Jenderal Suharto.

Di bawah Camdessus, IMF berkolaborasi dengan Presiden Argentina Carlos Menem meliberalisasi ekonomi, menderegulasi pasar keuangan dan memprivatisasi lebih dari seribu perusahaan. Krisis yang terjadi menyebabkan depresi terburuk dalam sejarah Argentina, dengan lebih dari 20.000 kebangkrutan, 25% pengangguran dan tingkat kemiskinan lebih dari 50% di daerah-daerah kelas pekerja. . . Camdessus kemudian menyesali “kesalahan kebijakan”nya terkait runtuhnya Argentina itu. Dia tidak pernah ditangkap atau didakwa dengan tuduhan kejahatan atas kemanusiaan.

Kesimpulan

Perilaku kriminal dari para eksekutif IMF bukanlah anomali atau halangan bagi pemilihan mereka. Sebaliknya, mereka dipilih karena mencerminkan nilai-nilai, kepentingan dan perilaku elit keuangan global: penipuan, penggelapan pajak, penyuapan, transfer skala besar kekayaan publik ke rekening pribadi adalah norma bagi berdirinya sistem keuangan. Kualitas ini sesuai dengan kebutuhan para bankir yang memiliki keyakinan dalam berurusan dengan rekan-rekan yang menjadi ‘gambar cermin’ mereka di IMF.

Elit keuangan internasional membutuhkan eksekutif IMF yang tidak punya keraguan dalam menggunakan standar ganda dan yang mengabaikan pelanggaran berat atas prosedurstandar. Misalnya, direktur eksekutif saat ini, Christine Lagarde, meminjamkan $30 milyarkepada rezim boneka di Ukraina, meskipun pers keuangan menjelaskan secara detail bagaimana oligarki korup telah mencuri dana miliaran dengan keterlibatan kekuatan politik setempat (Financial Times, 12/21/15, hal. 7). Lagarde juga mengubah aturan tentang pembayaran utang yang memungkinkan Ukraina menyatakan diri defaultketika harus membayar utang ke Rusia. Lagarde ini juga menegaskan bahwa pemerintahan kanan-tengah Yunani memotong pensiun di Yunani di bawah tingkat kemiskinan, dan sebaliknya memprovokasi rezim Alexis Tsipras yang menyerukan IMF untuk membiarkan skema bailout berjalan di negerinya tanpa campur tangan IMF. (Financial Times, 12/21/15, hal.1).

Jelas, pemotongan buas atas standar hidup yang diputuskan eksekutif IMF di mana-mana bukanlah tidak ada hubungan dengan sejarah kejam pribadi mereka. Pemerkosa, penipu, militeris. Hanya orang-orang yang tepat untuk mengarahkan lembaga yang memiskinkan 99% dan memperkaya 1% dari super-kaya. []

Baca juga: Sejarah Emas-Perak Menjadi Uang Kertas (Bagian 1)
Baca juga: Sejarah Emas-Perak Menjadi Uang Kertas (Bagian 2)
Baca juga: Sejarah Emas-Perak Menjadi Uang Kertas (Bagian 3)
Baca juga: Sejarah Emas-Perak Menjadi Uang Kertas (Bagian 4—Tamat)



Oleh Prof James Petras (bio)
Guru besar sosiologi di universitas Binghamton, AS
Dipublikasikan oleh BerdikariOnline

Paper asli dengan judul "The “Dirty Work” of the International Monetary Fund, Lays the Groundwork for Worldwide Financial Conquest, The criminal behavior of IMF executives"
Sumber: GlobalResearch.ca / pa: https://www.globalresearch.ca/the-dirty-work-of-the-international-monetary-fund-lays-the-groundwork-for-worldwide-financial-conquest/5498234

Senin, 01 Oktober 2018

Kebiadaban Ideologi Komunisme dalam Catatan Sejarah

Kebiadaban Ideologi Komunisme dalam Catatan Sejarah

View Article

Sejarah mencatat ideologi ini melakukan pemberontakan/kudeta di 75 negara, negara bagian, pulau, dan kota sepanjang masa 69 tahun (1918-1987); berhasil 28, gagal di 47 tempat. Marxisme-Leninisme-Stalinisme-Maoisme-Hoisme-Aiditisme-PolPotisme ini mendapat kesempatan berkuasa di dunia selama 74 tahun (1917-1991) di 28 negara.

Pemberontakan di 75 negara itu umumnya satu kali saja. Komunis Indonesia pegang rekor dunia: tiga kali berontak dan kudeta, 1926, 1948, dan 1965. Ketiga-tiganya gagal. Pemberontakan terpanjang berlangsung di Malaysia: 40 tahun, dan setiap tahun makan korban dari kedua pihak 200 orang.

Dasar ideologi ini diletakkan oleh dua anak muda, Karl Marx (30) dan Friedrich Engels (28), dalam buku Manifesto Komunis (1848). Tujuan ideologinya, "Merebut kekuasaan dengan kekerasan, menggulingkan seluruh kekuatan sosial yang ada." Tujuan ideologi yang digariskan pada abad 19 itu tetap berlaku, tidak pernah diralat sampai abad 21 ini.

Dalam perebutan kekuasaan dengan kekerasan itu apa pedoman praktisnya? Untuk bisa berhasil (Colegrove: 1957, Schwarz: 1972, Zagladin: 1973, Conquest: 1990, Nihan: 1991) ada 18 butir patokan yang menjadi tuntunan praktis: berdusta, memutar balik fakta, memalsukan dokumen, memfitnah, memeras, menipu, menghasut, menyuap, intimidasi, bersikap keras, membenci, mencaci maki, menyiksa, memerkosa, merusak-menyabot, membumi hangus, membunuh sampai membantai. Aktivis partai mulai dilatih berdusta sampai ahli, akhirnya membunuh dan membantai. Bagi orang komunis berdusta itu bukan dosa.

Ringkasnya, dalam satu kalimat pegangan aktivis partai adalah tujuan menghalalkan cara. Apa saja cara adalah halal, asal tujuan bisa tercapai. Angka 18 di atas belum total mencakup semua cara bisa yang dilakukan aktivis partai. Dalil "tujuan menghalalkan cara" ini dipatuhi aktivis partai, dan sangat memudahkan kerja mereka.

Dengan tujuan begitu jelas dan teknis cara mencapainya terperinci, Marxis-Leninis itu bergeraklah dengan semangat tinggi. Selama kurun 1917-1991 itu Partai Komunis membantai 120 juta manusia di 76 negara sehingga rata-rata 4.500 orang sehari selama 74 tahun (Courtois: 2000, Chang & Halliday: 2006).

Dua jenis sebab kematian itu, pertama, kegagalan program ekonomi yang  menyebabkan rakyat secara massal mati kelaparan (terutama Rusia Soviet dan RRC), dan kedua, pembantaian partai terhadap rakyat antikomunis. Yang dibunuh itu bukan bangsa lain, tapi bangsanya sendiri, yang tidak seideologi.

Dalam sejarah dunia, ideologi yang menjagal jutaan manusia adalah Nazisme. Ideologi Partai Nazi yang dipimpin Adolf Hitler (1934-1945) ini membunuh 11 juta orang, terutama orang Yahudi dari berbagai negara. Kejahatan dahsyat ideologi Nazisme ini ternyata cuma 1/10 kebiadaban ideologi komunisme.

Musnahnya manusia dalam jumlah besar, antara lain, karena penyakit menular. Tapi dalam sejarah dunia tak ada penyakit menular yang pernah membunuh manusia 4.500 orang sehari selama 74 tahun berturut-turut. Kini orang-orang KGB (Komunis Gaya Baru) sebagai penerus PKI yang sudah bubar, dengan dalih hak asasi manusia, gigih mengusung ideologi bangkrut yang lebih ganas ketimbang penyakit menular itu.

Sesudah sekitar 70 tahun komunisme berkuasa di 28 negara, ternyata mereka gagal memenuhi janji memakmurkan rakyat dengan ideologi Marxisme-Leninisme itu. Pemimpin partai, setelah memegang kekuasaan, ternyata lebih korup dan menindas rakyat ketimbang pimpinan negara nonkomunis. Seperti rumah-rumahan kartu domino ditiup kipas angin, negara-negara komunis itu runtuh bergeletakan. Mereka menyatakan meninggalkan ideologi itu.

Puncaknya pada Desember 1991 ketika Presiden Soviet Rusia Boris Yeltsin membubarkan Partai Komunis Soviet Rusia, partai komunis tertua di dunia. Dunia gempar. Diumumkan bahwa mereka tidak lagi memakai ideologi itu sebagai asas negara, yang dinyatakan sebagai ideologi bangkrut. Presiden Boris Yeltsin (dulu ketua partai) telah menyelamatkan 200 juta rakyatnya dari cengkeraman ideologi ganas itu.

RRC, Vietnam, Korea Utara, dan Kuba terguncang. Tapi RRC dan Vietnam licik. Mereka terang-terangan mengkhianati ekonomi sosialis-komunis dan mempraktikkan ekonomi kapitalistik, tapi merek kantornya tetap merek kantor komunis. Kedua negara ini gigih tak malu menyebut diri sebagai negara komunis, walaupun pengkhianat besar dasar ideologinya. Akibatnya, RRC dan Vietnam jadi makmur. Korea Utara dan Kuba tidak berkhianat sehingga tetap sengsara.

Bagaimana Komunis Gaya Baru di Indonesia? Kita 25 tahun lebih cepat bertindak. Muak dengan tiga kali berontak dan kudeta berdarah (1926, 1948, 1965), PKI dibubarkan dan terlarang pada 1966. Dibanding dengan apa yang dilakukan Boris Yeltsin pada 1991, kita 25 tahun lebih sigap bertindak.

Diukur dari cara mendendam, KGB membuat Indonesia jadi bangsa kecil. KGB tahu bahwa Marxisme-Leninisme-Aiditisme sudah bangkrut total, tapi mereka bergerak terus karena ingin membalas dendam. Ini yang mereka latihkan-ajarkan kepada generasi muda yang dikaburkan matanya terhadap fakta sejarah.

Gembar-gembor KGB adalah mereka dizalimi, tiba-tiba dibunuhi pada Oktober-November-Desember 1965 tanpa sebab. Lebih dahulu Aidit (1923-1965) melakukan taktik mengatakan PKI dizalimi dengan "provokasi Hatta" tentang pemberontakan Madiun September 1948. Apa yang dilakukan KGB dan Aidit berbentuk taktik serupa, yaitu dusta sangat besar.

Aidit menghapus/mengaburkan sejarah pembantaian oleh Moeso pada Oktober-November-Desember 1948 di Madiun, Soco, Cigrok, di 24 kota dan desa di sekitar Madiun, dengan sasaran ratusan kiai, santri, pamong praja, dan rakyat non-PKI. Kenapa Moeso menjadi begitu kejam?

Moeso melakukan pembantaian itu meniru Stalin (1925-1953). Moeso melarikan diri ke Rusia selama 21 tahun (1927-1948), sesudah gagal berontak 1927. Apa yang di Rusia diajarkan Stalin kepada Moeso, dipraktikkannya sesudah dia memproklamasikan Republik Soviet di Madiun, 18 September 1948.

Algojo PKI merentangkan tangga membelintang sumur, lalu Bupati Magetan dibaringkan di atasnya. Ketika telentang terikat itu algojo PKI menggergaji badannya sampai putus dua, bergelimang darah-usus-daging, langsung dijatuhkan ke dalam sumur.

Dubur warga desa di Pati dan Wirosari ditusuk bambu runcing dan mayat mereka ditancapkan berdiri di tengah sawah sehingga mereka kelihatan seperti pengusir burung pemakan padi. Yel-yel PKI di Madiun: "Pondok bobrok, langgar bubar, santri mati! Pondok bobrok, langgar bubar, santri mati!"

Meniru PKUS yang di Rusia Soviet menghancurkan gereja dan masjid, PKI membakar dua masjid di kawasan Kembang Kuning, Surabaya (Masjid Rahmat, 1948), dan Masjid Agung Trenggalek (berumur 205 tahun, Maret 1949).

Kebiadaban PKI 1948, kemudian teror 1963-1965 tercatat dalam memori umat non-PKI. Sehingga ketika pembunuhan enam jenderal (Gestapu PKI) yang disusul dengan Kudeta 1 Oktober 1965 Dewan Revolusi pimpinan DN Aidit, perebutan kekuasaan yang gagal dan melarikan diri itu, umat bereaksi keras, didukung TNI AD. Terjadilah masaker itu.

Dalil sejarah yang sangat pahit adalah di mana pun bila Partai Komunis sukses merebut kekuasaan, mereka menjagal rakyat antikomunis. Tapi bila gagal kudeta, merekalah yang dijagal. Di Indonesia, secara pahit, PKI yang dimasaker. Jumlah korban masaker paling banyak 400 ribu orang (Matthew White: 2012). Tapi dalam berbagai publikasi dilebih-lebihkan sampai 1-2 juta korban.

Hal inilah yang dieksploitasi KGB terus-menerus. Rumus yang mereka gunakan adalah tiba-tiba, "ujug-ujug", dizalimi, dibunuhi tanpa sebab. Tentu ini tak masuk akal sehat. PKI yang memulai semua itu, awal sekali pada 1926, kemudian pada 1948 (September-November) dan 1963-1964-1965.

PKI yang memulai rangkaian teror, yang menjadi sebab masaker itu. Gerakan preemtif rakyat anti-PKI disebabkan dan dimulai oleh PKI sendiri. Pelanggaran terhadap hak asasi manusia disebabkan dan dimulai oleh PKI sendiri. Ini dielakkan dan dengan semangat berdusta besar, bahkan tidak disebut sama sekali. []



Oleh Taufiq Ismail
Sastrawan
Dipublikasikan oleh Republika
Kekejaman Komunis Tidak Ada yang Menandingi

Kekejaman Komunis Tidak Ada yang Menandingi

View Article

Di atas halaman buku sejarah partai politik dunia, berceceran bercak darah yang ditinggalkan partai Marxis-Leninis-Maois­, dan juga bermacam variannya di 65 negara. Kaukasia, Ukraina, Polandia, Yugoslavia, Azerbaijan, Indonesia, Yaman, Congo, Mozambique, Ghana, Cuba adalah 11 contoh nama dari 65 negara yang tersebar di benua Eropa, Asia, Afrika dan Amerika di atas bumi kita ini yang diceceri darah itu.

Tidak ada satu pun partai politik lain yang dapat menandingi rekor pembantaian yang dilakukan mereka itu, yang masuk secara terselubung mau pun berjelas-jelas dalam program kerja mereka, yaitu perebutan kekuasaan secara revolusi berdarah lewat pertentangan kelas menuju diktatur proletariat, baik di abad 20 ini mau pun di abad-abad sebelumnya.

Tidak juga gabungan dari korban berbagai perang penjajahan, perang saudara, konflik pemeluk agama dari abad mana pun, sejak dari Conquistadores, pembantaian Hari St. Bartholomew, kekejaman Spanyol di Belanda, Drogheda dan Glencoe, penjarahan Mongol, Indian Mutiny, Sungai Darah Afrika Selatan, pembabatan Indian, dan seterusnya, yang akan dapat menandingi jumlah pembantaian yang dikerjakan Partai Komunis dunia, dalam jangka waktu yang sama, yaitu kurang sedikit satu abad lamanya.

Mari kita hitung korban di Rusia dan Cina. Ambillah angka Iosef Dyadkin (publikasi Samizdat), peneliti sejarah Rusia yang menemukan angka 52,1 juta rakyat Rusia yang dibantai rezim Marxis, lalu Anthony Lutz yang mencatat 60 juta rakyat Cina yang dihabisi pemerintahnya, berjumlah 112,1 juta orang.

Peneliti lain, James Nihan menemukan angka 105 juta (The Marxist Empire) dan Rummel 95,2 juta (Religion and Society Report), untuk seluruh dunia.

Dari keempat sumber di atas, maka jika diambil rata-rata yang dibulatkan ke bawah saja, maka kita peroleh angka 100 juta.

Berarti di abad 20 partai Marxis-Leninis-Maois­ ini, atas nama ideologinya, menghabisi nyawa rata-rata 2.739 orang setiap harinya.

Sangat tidak masuk akal sehat bahwa sebuah partai yang mengaku menghormati demokrasi dan HAM, melakukan hal tersebut. Ideologi ini memang anti demokrasi, anti HAM dan anti Tuhan.

Kalau TAP MPRS 1966 no XXV dicabut, dan dengan demikian PKI dilegalkan kembali, maka PKI-Baru ini akan berbohong besar lagi dengan mengaku bahwa mereka demokratis, menghormati HAM dan hak orang beragama. Bila ini terjadi, maka kita, yang bersedia kena tipu empat kali, jadilah bangsa keledai yang dungu secara paripurna.

Empat kali itu adalah,
- pertama, Peristiwa Tiga Daerah (1945),
- kedua, Pemberontakan Madiun (1948),
- ketiga, Pengkhianatan Gestapu (1965) dan
- keempat, Pencabutan TAP MPRS 1966 no XXV (2000), yang berarti fajar menyingsing kebangkitan PKI-Baru.

Peristiwa Tiga Daerah (Tegal, Brebes dan Pemalang), karena kalah kejam ketimbang Pemberontakan Madiun, sering kita lupakan.

Angka pembantaian dari 13 negara, Rezim Marxis-Leninis Uni Soviet melancarkan perang di luar Rusia 4 kali. Dua kali di Polandia (1920 dan 1939), Finlandia (1939-40), Cina (1969) dan Afghanistan (1979).

Di Finlandia 200.000 orang dibantai. Di negara-negara komunis Eropa Timur yang berontak, ribuan orang dihabisi. Di perbatasan RRC, sesama negeri komunis, ribuan pula yang dibunuhi. Ke Afghanistan Brezhnev, Andropov, Chernenko dan Gorbachev mengirim tank, bom napalm dan boneka-bonekaan yang bisa meledak, yang membunuh, membakar dan melumpuhkan 15.000 anak-anak Afghan.

Di dalam Revolusi Kebudayaan di RRC, menurut catatan Encyclopedia of Military History (1987-88) rezim komunis Cina telah membunuh 450.000 penduduk sipil dan 50.000 serdadunya.

Tiga negara Baltik (Latvia, Estonia dan Lithuania) dibelenggu oleh rezim komunis di tahun 1940 dan pada tahun itu 135.000 orang dibantai oleh pemerintah Marxis yang baru berkuasa. Sepanjang 47 tahun represi Marxis, beribu-ribu pula orang Baltik mati menjadi korban kekerasan negara komunis.

Negara Burundi di Afrika menjadi komunis di tahun 1966. Penekanan rezim Marxis yang luar biasa menyebabkan pecahnya pemberontakan di tahun 1972-73.

Pemerintah Marxis membantai 160.000 orang, dan yang melarikan diri ke luar perbatasan 100.000 penduduk.

Di Cekoslowakia, 1968, ketika negara itu sudah 20 tahun Marxis-Leninis, terjadilah gelombang ketidakpuasan rakyat. Ceko diserbu oleh pasukan Uni Soviet dan Pakta Warsawa. Mereka membantai ribuan pemuda dan buruh. Akibat luarbiasa buruk bagi bangsa Ceko ialah bahwa kemudian bangsa itu mengidap penyakit angka bunuh diri tertinggi di dunia:

25 kasus bunuh diri untuk setiap 100.000 penduduk. Angka bunuh diri di Amerika Serikat adalah 12 kasus untuk setiap 100.000 penduduk. Untuk mengelak dari teror, ketakutan, masa depan suram dan rendahnya taraf hidup, rakyat Ceko (seperti rakyat Hongaria) mengambil jalan pintas lewat bunuh diri.

Orang nomor satu Marxis, bos komunis Yaman Selatan Salim Rubaya Ali, dibunuh oleh sesama Marxis dalam tembak-menembak di jalan raya, sehingga banyak pejalan kaki tewas pula. Itu terjadi di tahun 1978.

Delapan tahun kemudian, 1986, di Aden berlangsung baku-tembak mengerikan di antara dua kelompok Marxis Yaman Selatan, yang mencabut nyawa 15.000 orang. Yang bertarung adalah mantan presiden Marxis Abdul Fatah Ismail, yang digusur oleh diktator baru komunis, presiden Ali Nasser Muhammad al-Hasani, dalam tiga kali perebutan kekuasaan.

Perang saudara antar-Marxis ini menggunakan tank, senapan mesin, meriam dan kapal terbang. Judul tajuk rencana New York Times (17 Januari 1986) berbunyi “Amuk Leninisme di Yaman.”

Ketika Yugoslavia jatuh ke cengkeraman komunis di akhir Perang Dunia II, partisan Marxis anak buah Marskal Tito membantai 500.000 orang bangsanya sendiri. Banyak anggota pasukan lawan luka-luka yang sedang dirawat, langsung dibawa keluar dari hospital, lalu dihabisi.

Selama 37 tahun rezim Marxis mengambil-alih Tibet, sejuta penduduk Tibet telah dihabisi RRC, begitu ucap Dalai Lama di Newsweek, Oktober 1987.

Di negara Angola (Afrika), dalam masa 4 tahun pertama kekuasaan Marxis, sekitar 250.000 penduduk kulit hitam dibantai pasukan Angola dibantu tentara Kuba.

Di Mozambique, dalam perebutan kekuasaan berdarah 1974 oleh kelompok komunis, diberitakan di Los Angeles Times (Don Shannon) bahwa 900.000 rakyat mati dalam perang saudara, dan 6 juta terusir dari kampung halaman.

Hongaria menjadi komunis di tahun 1956, dan Tentara Merah Uni Uni Soviet yang menyerbu masuk, membantai 25.000 pemuda dan kaum buruh setempat. Mereka dikenal sebagai “Pejuang Kemerdekaan” (Freedom Fighters).

Dari mereka 500 orang dihukum gantung. Beberapa puluh di antara mereka, karena belum cukup umur, menunggu beberapa tahun sebelum leher mereka dibelit tali di tiang gantungan rezim Marxis-Leninis.

KITA MASIH INGIN BERDAMAI DENGAN KOMUNIS?


Oleh Sudirman Diervie / Wordpress / Indikasi Komunis
Kekejaman PKI dari Masa ke Masa

Kekejaman PKI dari Masa ke Masa

View Article

Sejarah Indonesia pada 1948 ditandai dengan adanya pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun. Didahului gerakan revolusioner yang disebut formal fase nonparlementer, yakni pengambilalihan kekuasaan dari pemerintah yang sah.

Peristiwanya terjadi pada 18 September 1948. Dipimpin Amir Syarifuddin dan Muso. Usaha kudeta itu disertai pula penculikan dan penganiayaan serta pembunuhan sejumlah penduduk sipil, polisi, dan ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Aksi sepihak oleh PKI dalam bentuk kekerasan ternyata masih berlanjut dan muncul ke permukaan sejak 1960. Meletusnya Gerakan 30 September 1965 seakan menjadi antiklimaks. Disusul gerakan sporadis hingga 1968-an. Kekerasan oleh PKI di Indonesia menorehkan sejarah panjang pelanggaran hak asasi manusia karena terjadi aksi-reaksi antarkelompok di masyarakat dan dengan jumlah korban tak sedikit.

Kebijakan sistematis oleh PKI sekaligus merupakan kelengahan pemerintah. Untuk itu, perlu dicermati guna pengayaan pengetahuan mengenai fakta historis pelanggaran hak asasi manusia. Dengan pengetahuan itu, terbuka bagi upaya perlindungan hak asasi manusia ke depan, dan bukan tidak mungkin membuka akses projustisia.

Pengkajian ini bagian dari penguatan Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (1998-2003) yang berisi konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau hukum lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat manusia. Dalam ketentuan umum UU No 39 Tahun 1999, pasal 1 ayat 7, disebutkan bahwa salah satu fungsi lembaga Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sebagai lembaga mandiri adalah melaksanakan pengkajian dan penelitian di samping penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.

Ruang lingkup pengkajian dalam studi ini adalah segala bentuk tindak kekerasan oleh PKI meliputi peristiwa 1948, 1965, dan 1967 menyangkut tempat, waktu kejadian, korban, bentuk, dan cara kekerasan. Pengkajian ini tidak bersifat projustisia karena kejadiannya sudah terlalu jauh, yakni lebih dari 40 tahun dari sekarang. Para pelakunya sudah hampir tidak mungkin dilakukan tuntutan hukum. Sementara, para saksi yang masih hidup sudah berusia lanjut.

Penghimpunan data melalui dua sumber, yakni sumber primer, di mana data diperoleh melalui wawancara dengan saksi yang masih hidup. Sumber sekunder berupa informasi melalui buku, catatan, dokumen, dan naskah tertentu berisi pengayaan informasi dan verifikasi kejadian di sekitar gerakan atau aksi oleh PKI.

Tragedi G30S/PKI dengan segala eksesnya pada 1965 tidak perlu diungkap dalam kesempatan ini karena sudah banyak terekspose di buku-buku sejarah dan media massa. Penangkapan beberapa kasus yang lain kita mulai dari apa yang terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sejak 1960-an, daerah Jawa Tengah dikenal menjadi basis PKI, terutama di Solo, Kartosusuro, Boyolali, dan Klaten. Banyak aksi sepihak yang ditujukan kepada lawan politk, tokoh agama, dan orang-orang sipil tak berdosa. Di antaranya, penculikan dan penghilangan paksa empat orang di Klaten dan hingga kini tidak ketahuan kuburannya.

Pada kasus lain, sebanyak 16 orang, orang-orang PKI secara tiba-tiba menyekap sambil mengacungkan arit (sabit). Kawan-kawannya yang tidak bisa lolos menjadi sasaran kekerasan massa PKI. Mereka yang dibacok dan dibabat ada tujuh orang, ada yang dibacok bagian kepala, tangan, dan bahu. Pembunuhan juga menimpa Basuni di Jatinom dan Miftah penduduk Laweyan Sala.

Beralih ke 'peristiwa Kanigoro', di Kanigoro, Kediri, Jawa Timur. Tempat dilangsungkannya acara mental-training oleh Pelajar Islam Indonesia (PII). Saat itu, pada 13 Januari 1965, di tengah acara, anggota PKI melakukan penggerebekan di pagi hari setelah peserta melaksanakan shalat Subuh. Saat itu, orang-orang PKI serta-merta datang dan serempak menyerbu lokasi mental-training.

Mereka mengambil buku-buku, termasuk Alquran di masjid, lalu dinjak-injak. Para peserta, termasuk panitia, 150-an orang, digiring dengan tangan diikat satu sama lain, dipaksa berjalan empat km sambil diintimadasi, diancam, serta diteror.

Peristiwa "Cemethuk" Banyuwangi, informasi didapat kesaksian Maedori, saksi mata yang berhasil meloloskan diri dari usaha pembunuhan oleh PKI, kemudian memberikan kesaksian mengenai peristiwa "Cemethuk" Banyuwangi. Aksi PKI di Banyuwangi berkaitan langung dengan G30S/PKI di Jakarta.

Mereka diberi makanan yang sudah dicampuri racun, kemudian satu per satu dibunuh, dan mayatnya dimasukkan ke sumur yang sudah disiapkan. Ada tiga lubang pembantaian. Satu lubang besar berisi 40 mayat dan dua lainnya masing-masing 11 mayat.

Pembantaian di Blitar Selatan atas pengungkapan di buku Siapa Menabur Angin akan Menuai Badai tulisan Soegiarso Soerojo, di halaman 331-332. Di antaranya mengungkapkan kasus kekejaman PKI, seperti di Rejotangan, Ngunut, Kaliwadi, dan Bojolangu. Mereka melakukan praktik intimidasi terhadap rakyat dan merampok harta kekayaan penduduk, membunuh orang tak berdosa, dengan sasaran utama golongan beragama.

Menculik setiap orang yang mereka curigai. Bila ternyata lawan, mereka tak segan-segan membunuhnya. Praktik kejam ini dipimpin Sugita dan Sutrisno, keduanya anggota CGMI.

Kasus pembantaian di Kediri diungkap berdasar kesaksian Ibu Yatinah (69 tahun), anak kandung korban bernama Sarman. Peristiwanya terjadi pada 18 September 1948 sewaktu menghadiri rapat pamong di kelurahan, tiba-tiba ia dicegat segerombolan orang. Kemudian, dibawa paksa ke suatu tempat sambil diikat kedua tangannya. Berhari-hari ayahnya tidak pulang, dan ternyata termasuk yang dimasukkan di sumur maut dekat di sini (menunjuk ke luar desa), bersama 108 orang. Sarman tertulis di nomor 48 dalam daftar di monumen tersebut.

Masih di Kediri, yakni penculikan disertai pembunuhan, terjadi pasca-G30S/PKI. Korbannya adalah Imam Mursyid dan kawannya, termasuk Kiai Zaenuddin. Atas kesaksian Djaini bin Ramelan (65), adik kandung korban Imam Mursyid. Menurut salah seorang yang ikut mengubur, ia cuma bilang bahwa Imam Mursyid dicegat di tengah jalan, kemudian dibawa ke Desa Besowo, dioper ke sana-kemari, sampai akhirnya diikat terus dimasukkan ke jurang sungai.

Sungainya sangat curam, setinggi pohon kelapa. Penculikan terjadi sekitar 10 Oktober 1965. Keadaan mayat, badannya masih utuh, tapi diikat kencang. Perkiraan saksi, korban dimasukkan di sumur itu saat masih hidup, kemudian ditimbuni tanah.

Kasus Takeran (Sumur Kenongo Mulyo) terungkap atas kesaksian Kaelan Suryo Martono (73), beralamat di Desa Giringan, pekerjaan sebagai petani di Jawa Timur. Peristiwa Takeran terjadi pada 1948.

Keterangan kasus Takeran diperkuat salah seorang saksi korban bernama Hadi Syamsuri (80), pensiunan naib (petugas pernikahan) di Takeran. Ia diculik dan digiring ke Desa Baeng dan ditahan di sana. Di situ sudah ada sekitar 80 orang Muslim ditahan. Selama 40 hari ia ditahan di Baeng.

Di tempat tawanan ditemui sejumlah lurah yang juga ditawan. Selama ditahan, mereka tidak diberi makan. Sebagian kawan lain ditahan di Desa Cigrok. Selama di tahanan, orang-orang PKI itu merampas kerbau dan sapi milik warga. Tiap hari mereka memotong kerbau atau sapi untuk pesta yang berjaga di Baeng. Pada saat tentara Siliwangi datang, mereka yang ditahan di Desa Cigrok dibunuh semua oleh PKI. Sedangkan, yang di Baeng berhasil menyelamatkan diri.

Kasus Kresek, Madiun, terungkap berdasarkan kesaksian KH Ahmad Junaedi, anak kandung salah seorang korban bernama KH Barokah Bachruddin. Sejumlah kiai diculik dan dibunuh. Diduga kuat sebelum dibunuh, mereka dianiaya.

Menurut para saksi, para kiai itu ada yang matinya ditembak, dipenggal lehernya, dipukul dengan benda tajam. Kiai Shodiq satu-satunya yang dibunuh dengan cara didorong ke lubang dalam keadaan tangan terikat kemudian diurug (ditimbun tanah). Husnun, salah seorang saksi, mendapat keterangan dari para saksi lain bahwa para penculiknya waktu itu membawa parang, tali, benda tumpul, selain senjata api.

Terungkapnya kasus pembantaian di Markas Gebung, Ngawi, Jawa Timur, berdasarkan keterangan para saksi korban penculikan di Desa Gebung. Korbannya ditahan 12 hari, hampir-hampir tidak diberi makan. Mereka terkurung di dalam rumah yang terkunci, lalu rumah dibakar.

Orang-orang PKI tetap siaga di luar rumah, lengkap dengan senjata tajam sehingga tawanan yang mencoba kabur ditangkap lagi dan dimasukkan ke dalam api atau dibunuh langsung. Setelah peristiwa usai, kemudian dibersihkan, ditemukan banyak mayat, tujuh orang di antaranya dipindahkan ke Makam Pahlawan Ngawi.

Perspektif HAM

PKI secara sistematis melakukan kejahatan pelanggaran HAM berat atau diduga kuat melakukan pelangaran HAM berat. Indikasi ke arah itu bisa dilihat dari fakta yang dikumpulkan. Rapat-rapat oleh para pimpinan Biro Khusus PKI dan Pimpinan CC PKI dalam mempersiapkan pengambialihan pemerintahan pada 1965 sangat memperkuat indikasi itu.

Gerakan 30 September 1965 adalah realisasi tindakan sebagaimana telah mereka rencanakan. Gerakan ini terorganisasi sistematis, yakni melalui struktur organisasi: tingkat pusat (CCPKI), Comite Daerah Besar (CDB PKI), Comite Kota (CK PKI) sampai ke Comite Seksi (CS PKI) sebagai comitte basis. Pelanggaran HAM berat dilakukan dalam beberapa bentuk.

Penghilangan nyawa, yang didahului penculikan dan penyiksaan tanpa proses hukum. Ini terjadi pada kasus, antara lain, pembunuhan enam jenderal TNI AD, seorang perwira, dua perwira TNI AD di Yogyakarta, serta penculikan, penyiksaan, dan pembunuhan  para kiai, pemuka masyarakat, dan warga tak berdosa di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pelanggaran terhadap hak hidup menyalahi Pasal 28 A dan 28 I UUD 1945 yang menerangkan bahwa hak hidup merupakan hak seseorang dan hak hidup itu tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. Pembunuhan juga melanggar Pasal 4 UU No 39/1999 tentang HAM, Pasal 3 DUHAM, Pasal 6 Konvenan Inernasional tentang Hak Sipil dan Politik.

Pembunuhan dengan sasaran orang-orang berpengaruh di masyarakat, seperti pada peristiwa Lubang Buaya Jakarta dan peristiwa di Jawa Timur menunjukkan adanya target politik tingkat tinggi dan merupakan teror mental yang berdampak psikologis luar biasa di masyarakat. Timbulnya keresahan sosial yang meluas sebagai akibat aksi itu merupakan pelanggaran Pasal 9 Ayat 2 UU No 39/1999 tentang Hak untuk Hidup Tentram, Aman, Damai Bahagia, Sejahtera Lahir Bathin.

Penggerebekan disertai teror, antara lain, pada peristiwa Kanigoro, oleh orang-orang PKI melanggar HAM, khususnya Pasal 3 dari Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia yang menyatakan setiap orang berhak atas kehidupan, keamanan, dan kemerdekaan pribadi.

Penyiksaan sebelum pembunuhan juga terjadi terhadap sejumlah orang di Solo pada 1965. Di Manisrenggo dan atau Jatinom, Klaten, pada 1948 dan 1965 dengan sasaran penduduk sipil merupakan kejahatan kemanusiaan dan  melanggar Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman, or Degrading Treatment or Punishment. Juga melanggar Pasal 4 dan Pasal 33 UU No 39/1999 tentang Hak untuk Bebas dari Penyiksaan, Penghukuman atau Perlakuan Kejam, tidak Manusiawi, Merendahkan Derajat dan Martabat Manusia.

Penghilangan secara paksa juga terlanggar dengan adanya penculikan terhadap lawan politik atau orang yang dianggap lawan politik PKI. Ini terjadi pada peristiwa Lubang Buaya serta penculikan para kiai di Madiun, penyekapan dan pembunuhan di Ngawi. Tindakan ini melanggar Pasal 33 Ayat 2 UU No 39 tentang HAM yang menyatakan setiap orang harus bebas dari penghilangan secara paksa. []



Oleh Marzani Anwar
Peneliti Utama pada Balai Litbang Agama Jakarta
Koordinator Penelitian "Pelanggaran HAM oleh PKI" Komnas HAM Tahun 2005
Dipublikasikan oleh Republika

Jumat, 14 September 2018

Mengenal Sosok 'Samson' (Syam'un al-Ghozi) dalam Islam

Mengenal Sosok 'Samson' (Syam'un al-Ghozi) dalam Islam

View Article

Kebanyakan orang saat ini mungkin hanya mengenal sosok Samson dalam kisah Samson and Delilah atau Samson Betawi seperti yang digambarkan dalam film Indonesia. Padahal, sosok pahlawan tangguh tersebut sudah ada sejak ribuan tahun lalu dalam Islam.

Sosok legenda Muslim tersebut merupakan seorang nabi Allah bernama Syam'un. Nabi bernama lengkap Syam'un al-Ghozi ini memiliki mukjizat dapat melunakkan besi dan dapat merobohkan istana. Sebagaimana cerita Rasulullah, saat ia merobohkan istana megah dengan kedua tangannya, ia banyak menewaskan orang zalim, dan Syam'un pun ikut terbunuh saat itu.

Namun, Allah menghidupkan kembali sosok Syam'un dan ia segera bertobat lantaran merasa berdosa. Sejak saat itu, Syam'un pun bernazar untuk menebus dosanya dengan menumpas semua kebatilan dan kekufuran dalam hidupnya serta menyibukkan  diri dalam beribadah kepada Allah selama seribu bulan hingga ajalnya tiba.

Penulis buku ini, Rully Ferdiansyah, sangat terkesan dengan kisah Nabi Syam'un ini. Salah satu alasannya karena saat Rasulullah menceritakan kisah Nabi Syam'un tersebut kepada para sahabatnya, turunlah malaikat Jibril membawa surah al-Qadar ayat 1-5 kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.

Dalam surat tersebut, Allah menjelaskan tentang keutamaan Lailatul Qadr atau malam kemuliaan yang hanya bisa didapatkan pada bulan Ramadhan. Disebutkan bahwa pahala bagi orang yang beribadah pada malam Lailatul Qadr itu lebih baik daripada ibadah Nabi Syam'un selama seribu bulan.

Dalam menuliskan sejarah Nabi Syam'un ini, penulis merasa masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan fakta-faktanya. Namun, sebagai umat Islam, kita hanya perlu mengimani kisah tersebut lantaran Rasulullah telah menuturkan langsung mengenai sosok Syam'un ini.

Untuk semakin memantapkan iman tersebut, dalam buku ini penulis mencoba untuk memaparkan kisah perjuangan Syam'un dalam menyampaikan risalah Allah dari masa ke masa. Rully menuliskan kisah Syam'un ini berirama novel sehingga tidak akan membuat pembaca merasa bosan dengan sepak terjang Syam'un.

Para pembaca akan diajak menyelami kisah-kisah Syam'un mulai dari kisah kelahirannya, masa kecil, mukjizat, saat mempin Gaza, hingga dibahas juga kutukan nabi dari kalangan Bani Israil tersebut. Namun, keistimewaan Syam'un ini terletak pada perjuangannya dalam menegakkan kebenaran sehingga namanya dimuliakan oleh Allah.

Dalam menghayati semua episode kisah Nabi Syam'un, penulis sendiri akhirnya memahami pengalaman suka duka dalam kehidupannya. Ia merasa menemukan kekuatan bahwa Tuhan akan selalu membantu kita, selalu memperhatikan kita. Dengan demikian, mungkin kisah ini juga dapat membantu pembaca dalam melalui semua kesulitan dalam hidupnya.

Dalam setiap kisah yang dituturkan penulis dalam buku ini, kita akan memahami mengapa Tuhan menguji kita. Mungkinkah Tuhan begitu kejam membiarkan kita kehausan di gurun pasir? Penulis sendiri membutuhkan waktu lama untuk memahami bahwa tidak demikian halnya. Akan selalu ada peristiwa-peristiwa tertentu yang harus kita alami untuk menuntun kita kembali kepada Allah. Pada akhirnya, ada hal-hal yang terjadi agar kita bisa mengambil hikmah dari ujian Allah tersebut sebagaimana kisah Syam'un.

Hal ini telah dijelaskan Allah dalam Alquran surah Yusuf ayat 111, yang berbunyi, "Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran (ibrah) bagi orang-orang yang mempunyai akal."

Memang, Nabi Syam'un merupakan sosok yang tidak disebutkan nama dan kisahnya dalam Alquran. Namun, kisahnya telah penulis temukan dalam punuturan Rasulullah dan beberapa literatur Islam. Bahkan, salah satu kitab terlengkap mengenai kisah para nabi, Qashashul Anbiya karya Ibnu Katsir menyebutkan tanpa ragu bahwa Syam'un memang berkedudukan sebagai nabi Allah.

Di balik keperkasaannya, Syam'un hanya manusia biasa yang terkadang kecewa oleh umatnya yang bebal sehingga ia meruntuhkan istana umatnya tersebut. Namun, Syam'un tahu bahwa musuhnya yang paling kuat juga ada di rumahnya sendiri. Karena itu, melalui perjuangan dakwahnya yang berat, ia diuji untuk tidak memercayai siapa pun kecuali kepada Allah.

Melalui buku yang ditulis dengan narasi mengalir seperti air ini, kisah Syam'un disuguhkan dengan penuh inspirasi, seru, haru, dan terus memunculkan rasa penasaran. Selain itu, pembaca juga akan dapat mengetahui asal-muasal malam Lailatul Qadr.  Selamat membaca!

Oleh Hafidz Muftisany
Artikel Republika


Judul : Syam'un Asal Muasal Lailatul Qadr
Penulis : Rully Ferdiansyah
Penerbit : Republika Penerbit
Cetakan: I, Februari 2016
Tebal : 252 hlm