Senin, 15 Juni 2020

Hendak Menikah? Inilah Waktu Berdoa Dengan Memegang Ubun-Ubun Istri


Kapan waktunya kita membacakan doa dengan memegang ubun-ubun istri? Apakah begitu akad selesai, atau kapan? Jazakallahu khoiron (Disampaikan oleh Admin BiAS)

Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.

Berdoa Dengan Memegang Ubun-Ubun Istri

Semoga Alloh karuniakan pada anda dan kita semua, keluarga sakinah yang senantiasa diberkahi oleh Alloh Azza wa ‘Jalla

Saudaraku saudariku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh Alloh, saat pertama kali mempelai pria menemui istrinya setelah aqad nikah ada beberapa Sunnah yang hendaknya ia lakukan, yakni berdoa memohon kebaikan pasangan dan sholat 2 rokaat.

Diantara doa yang Masyhur dalam memohon kebaikan pasangan adalah apa yang disampaikan Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam dalam Haditsnya;

إِذَا تَزَوَّجَ أَحَدُكُمْ امْرَأَةً أَوِ اشْتَرَى خَادِمًا فَلْيَأْخُذْ بِنَاصِيَتِهَا (وَلْيُسَمِّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ) وَلْيَدْعُ لَهُ بِالْبَرَكَةِ، وَلْيَقُلْ: اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا وَخَيْرِ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ

“Apabila salah seorang dari kalian menikahi wanita atau membeli seorang budak maka peganglah ubun-ubunnya lalu bacalah ‘basmalah’ serta do’akanlah dengan do’a keberkahan sembari mengucapkan:

Allaahumma innia as-aluka min khairihaa, wa khairi maa jabaltahaa ‘alaihi. Wa ‘auadzubika min syarrihaa, wa syarri maa jabaltahaa ‘alaihi.

‘Yaa Alloh, aku memohon kebaikannya dan kebaikan perangainya yang ia bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan perangainya yang ia bawa’” (HR Abu Dawud 2160, Ibnu Majah 1918)

Sholat Dulu atau Doa Dulu?

Pertanyaannya adalah mana yang didahulukan, doanya dulu atau sholat 2 rokaat dulu?
Dijelaskan dalam Hadits Abu Sa’id, mantan budak Abu Usaid

تَزَوَّجْتُ امْرَأَةً ، وَأَنَا مَمْلُوكٌ ، فَدَعَوْتُ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فِيهِمْ أَبُو ذَرٍّ ، وَابْنُ مَسْعُودٍ ، وَحُذَيْفَةُ ، فَتَقَدَّمَ حُذَيْفَةُ لِيُصَلِّيَ بِهِمْ ، فَقَالَ أَبُو ذَرٍّ ، أَوْ رَجُلٌ : لَيْسَ لَكَ ذَلِكَ ، فَقَدَّمُونِي ، وَأَنَا مَمْلُوكٌ ، فَأَمَمْتُهُمْ فَعَلَّمُونِي قَالُوا : إِذَا أُدْخِلَ عَلَيْكَ أَهْلُكَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ ، وَمُرْهَا فَلْتُصَلِّ خَلْفَكَ ، وَخُذْ بِنَاصِيتِهَا ، وَسَلِ اللَّهَ خَيْرًا ، وَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا

Abu Sa’id berkata: “Aku menikah ketika aku masih seorang budak. Ketika itu aku mengundang beberapa orang Sahabat Nabi, di antaranya Abu Dzarr, ‘Abdullah bin Mas’ud, dan Hudzaifah rodhiallohu ‘anhum.

Hingga tibalah waktu sholat, Hudzaifah hendak mengimami sholat. Tetapi Abu Dzarr -atau selainnya- berkata:

‘Bukan kamu (Hudzaifah) yang mengimami sholat, lalu aku diminta maju kedepan (menjadi imam) saat masih berstatus budak, aku pun maju mengimami mereka sholat. Selanjutnya mereka mengajariku, ‘Jika isterimu nanti datang menemuimu, hendaklah kalian berdua sholat dua raka’at. Mintalah istrimu sholat dibelakangmu, lalu pegang ubun-ubunnya, dan berdoalah kepada Alloh kebaikan isterimu itu dan mintalah perlindungan kepada-Nya dari keburukannya’” (HR ‘Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf, nomor 10160]

Begitu juga dalam Hadits dari Abu Waail,

عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ مِنْ بَجِيلَةَ إِلَى عَبْدِ اللَّهِ ، فَقَالَ : إِنِّي قَدْ تَزَوَّجْتُ جَارِيَةً بِكْرًا ، وَإِنِّي قَدْ خَشِيتُ أَنْ تَفْرِكَنِي ، فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ : إِنَّ الْإِلْفَ مِنَ اللَّهِ ، وَإِنَّ الْفَرْكَ مِنَ الشَّيْطَانِ ، لِيُكَرِّهَ إِلَيْهِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَهُ ، فَإِذَا أُدْخِلَتْ عَلَيْكَ فَمُرْهَا فَلْتُصَلِّ خَلْفَكَ رَكْعَتَيْنِ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ : وَقُلِ : اللَّهُمَّ ، بَارِكْ لِي فِي أَهْلِي ، وَبَارِكْ لَهُمْ فِيَّ ، اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي مِنْهُمْ ، وَارْزُقْهُمْ مِنِّي ، اللَّهُمَّ اجْمَعْ بَيْنَنَا مَا جَمَعْتَ إِلَى خَيْرٍ ، وَفَرِّقْ بَيْنَنَا إِذَا فَرَّقْتَ إِلَى خَيْرٍ

Ia berkata, “Seseorang datang dari Bajilah kepada ‘Abdulloh bin Mas’ud rodhiallohu ‘anhu, lalu berkata, ‘Aku menikah dengan seorang gadis budak, aku khawatir dia membenciku.’ ‘Abdulloh bin Mas’ud berkata, ‘Sejatinya cinta berasal dari Alloh, sedangkan kebencian berasal dari syaitan, untuk membenci apa-apa yang dihalalkan Alloh. Jika isterimu datang kepadamu, maka perintahkanlah untuk melaksanakan shalat dua rokaat di belakangmu.

Kemudian Abdulloh bin Mas’ud mengajarkan doa, ucapkanlah

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لِي فِي أَهْلِيْ، وَبَارِكْ لَهُمْ فِيَّ، اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِي مِنْهُمْ، وَارْزُقْهُمْ مِنِّي، اَللَّهُمَّ اجْمَعْ بَيْنَنَا مَا جَمَعْتَ إِلَى خَيْرٍ، وَفَرِّقْ بَيْنَنَا إِذَا فَرَّقْتَ إِلَى خَيْرٍ

“Yaa Alloh, berikanlah keberkahan kepadaku dan isteriku, serta berkahilah mereka dengan sebab aku. Yaa Alloh, berikanlah rizki kepadaku lantaran mereka, dan berikanlah rizki kepada mereka lantaran aku. Yaa Alloh, satukanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan dan pisahkanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan” (HR ‘Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf, nomor 10158, 10159]

Dari keterangan diatas kita bisa simpulkan bahwa, doa kebaikan untuk pasangan (apapun versinya, baik itu doa yang disebutkan dalam riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah, atau doa yang disebutkan dalam riwayat Abdurrazaq) hendaknya dilakukan setelah sholat 2 rokaat berjamaah dengan istri.

Semoga Allah kumpulkan kita dan keluarga kita bersama-sama hingga Jannah-Nya. Wallahu A’lam, Wabillahittaufiq.


Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Kamis, 25 Rabiul Akhir 1441 H/ 12 Desember 2019 M



Related Posts